Menjalankan ibadah puasa tidak hanya sekadar menahan rasa lapar, haus dan hawa nafsu lainnya. Lebih jauh, di balik ibadah puasa terdapat pesan moral yang bermanfaat untuk diri kita diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di luar Ramadhan.
Ibadah di dalam Islam memiliki perspektif dan tujuan yang ingin dicapai. Ada pesan moral yang ingin diraih dari setiap kebajikan yang dilakukan. Shalat misalnya, berdimensi menjauhkan pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.
Begitu juga dengan Zakat. Pesannya adalah mengentaskan kemiskinan dan lebih dalam lagi “Jangan anda tumpuk kekayaan!” Ada Haji mengandung pesan agar umat Islam menguasai ilmu pengetahuan (al-hajju arafah).
Maka ibadah puasa juga memiliki pesan tersendiri, yakni pesan moralnya kuat. Puasa menyuruh kita perhatikan orang-orang miskin! Puasa mengajak Anda untuk merasakan lapar yang biasa dirasakan orang-orang papah dan miskin.
Pesan moral sesuai dengan misi kenabian, yaitu menyempurnakan akhlak. Rasulullah bersabda, “Tidaklah aku diutus, kecuali untuk menyempurnakan kemulian akhlak.”
Karena itu, tujuan ibadah dalam Islam adalah memperbaiki moralitas umatnya. Jika tujuan meningkatkan akhlak dari setiap ibadah tidak tercapai maka sia-sialah ibadah tersebut.
Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi masih sering menipu dan merampas hak orang lain.
Tidak sedikit mereka yang berpuasa, tetapi masih korupsi dan menyusahkan orang lain. “Berapa banyak orang yang puasa, tapi tidak bernilai apa-apa kecuali lapar dan haus,” demikian sabda Rasulullah.
“Hawa nafsumu adalah segala induk berhala,” kata Jalaluddin Rumi. Puasa mengajak Anda menghancurkan berhala hawa nafsu ini.
Puasa menyuruh Anda memperhatikan apa yang Anda makan. Jangan Anda makan sembarang makanan. Jangan makan dari uang yang berasal harta haram hasil dari tipu-tipu dan korupsi.
Jangan jadikan perut Anda kuburan orang-orang miskin. Jangan biarkan dahaga Anda meraup keuntungan dengan cara menyengsarakan rakyat. Kekang keinginan Anda menindas orang lain.
Puasa mengingatkan untuk berhati-hati dengan apa yang Anda makan dan dari mana asal uang yang dibelanjakan itu.
Puasa mengundang kita agar dapat mengendalikan diri. Suatu ketika ada yang melapor kepada Rasulullah bahwa ada seorang perempuan yang selalu puasa di siang hari dan shalat Tahajud ketika malam, tapi ia sering menyakiti hati tetangganya.
Rasul mengatakan tempat perempuan itu di neraka. Puasa tidak mempunyai arti apa pun bagi perempuan itu karena ia tidak menangkap pesan moral ibadah puasa: kendalikan dirimu!
Puasa harus dapat mengendalikan apa yang keluar dari mulut Anda. Membicarakan keburukan orang lain, mengadu domba, memberikan sumpah palsu dan berbohong adalah perilaku yang membatalkan puasa.
Kata-kata yang keluar dari mereka yang berpuasa adalah kata-kata bijak dan bermanfaat.
Secara sosial, puasa mendorong Anda berpikir bahwa manusia di hadapan Allah adalah sama. Lihatlah waktu sahur dan berbuka. Tidak ada seorang pun yang bisa mengundurkan waktu sahur dan memajukan saat berbuka.
Semua orang bersahur dan berbuka pada saat yang bersamaan. Tidak ada potongan waktu untuk presiden misalnya, atau penambahan waktu puasa bagi rakyat jelata
Puasa mengembalikan citra diri sejati manusia bahwa mereka adalah sama di muka Tuhan. Demikianlah dan tetap semangat berpuasa. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)