Di antara kata yang banyak disebut dalam al-Qur’an adalah “maghfirah” (ampunan Allah). Kata ini disebutkan dalam al-Qur’an dengan menggunakan kata al-maghfirah (memakai alif lam) sebanyak dua kali, sedangkan dengan kata maghfirah (tanpa alif lam) sebanyak tujuh belas kali.
Sementara apabila dari semua kata yang terbentuk dari kata dasarnya (musytaq) disebutkan sebanyak 234 kali. Jumlah yang sangat banyak tentunya. Karena itu, hampir setiap lembaran al-Qur’an yang kita baca, umumnya akan dijumpai kata al-maghfirah atau yang diambil dari kata tersebut.
Banyaknya kata ini disebut oleh Allah dalam al-Qur’an tentu bukan tanpa makna dan hikmah. Dengan banyaknya disebutkan dalam al-Qur’an, menunjukkan betapa penting dan istimewanya maghfirah atau ampunan Allah ini.
Rasulullah SAW yang kita tahu bahwasanya Beliau adalah seorang hamba yang sudah diampuni setiap dosa selama masa hidupnya, akan tetapi senantiasa memohon ampunan kepada Allah. Bahkan Rasulullah setiap harinya beristighfar (memohon ampun) kepada Allah sebanyak 70 sampai 100 kali, sebagaimana dijelaskan dalam dua hadits shahih ini:
Dari Abu Hurairah RA berkata, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali” (HR Bukhari). “Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali” (HR Muslim).
Seperti itulah istighfar Rasulullah SAW sebagai manusia yang sudah diampuni setiap dosa selama hayatnya. Maka sungguh harus ribuan bahkan jutaan kali kita memanjatkan istghfar kepada Allah karena diri kita penuh dengan tumpukan dosa yang dilakukan siang dan malam.
Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits Qudsi, Allah berfirman, “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian” (HR Muslim).
Sungguh maghfirah itu sangat luas dan sangat dekat asalkan kita mendekatkan diri kepada-Nya dengan melaksanakan segala perintah dan manjauhi setiap larangan-Nya.
Ketika Allah menjelaskan bahwasanya kita selaku manusia sering melakukan dosa siang dan malam, maka Allah memerintahkan kepada Rasulullah untuk mengajarkan sebuah doa yang dianjurkan untuk dibaca siang dan malam hari yang masyhur dengan sayyidul istighfar, sebagai doa pengakuan atas setiap dosa dan mengharapkan ampunan dari-Nya.
“Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtani wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-u bi dzanbi, faghfirliy fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta”
[Ya Allah! Engkau adalah Rabbku, tidak ada Rabb yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau].” (HR. Bukhari).
Harus diketahui bahwa ada tiga syarat dalam taubat; pertama, kita harus meninggalkan maksiat, kedua, kita menyesali maksiat, dan ketiga, ‘azam (tekad) yang kuat untuk tidak mengulangi perbuatan.
Semoga kita semua termasuk orang yang beruntung yang mendapatkan maghfirah atau ampunan Allah yang diidam-idamkan oleh seluruh makhluk termasuk para nabi dan rasul sekalipun. Semoga. mengulanginya. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)