Pada zaman ini, di media-media, kita tidak sulit menemukan tontonan perseteruan. Di televisi; sinetron, berita, talkshow, reality show dan acara music pun tak lepas dari sikap cela mencela. Apatah lagi yang kita baca di koran-koran dan majalah. Prinsip ‘bad news is good news’ adalah marketing yang paling jitu.
Bila kita melirik lagi pada komunikasi linimasa, yaitu media sosial, di sini lebih jor-joran. Orang-orang dengan mudah mengkritik, mencela, memaki, menghardik, bahkan menfitnah. Sana-sini terjadi pemandangan saling membenci. Dan boleh jadi di media sosial itu, kita adalah salah satu dari orang yang dibenci.
Saudaraku, mari bangun dan bangkit dari keterpurukan akhlak ini. Tidak mengikuti kebiasaan itu bilamana kita adalah korbannya. Dan minimal kita tidak turut menanggapi apa yang telah dilakukan kepada kita. Haters-haters itu sejatinya pecundang yang dikalahkan oleh nafsu amarahnya, sehingga tidak bisa menahan lisan dan tangannya.
Mantan Presiden Amerika, Abraham Lincoln mengatakan, “Saya tidak pernah membaca surat-surat cercaan yang ditujukan kepada saya, tidak pernah membuka amplopnya, apalagi membalasnya, karena kalau saya hanya sibuk mengurusi semua itu, saya kehabisan waktu untuk berbuat demi rakyatku.”
Bila berpikir sebagai seorang pemimpin tentu akan sejalan dengan Lincoln. Bukan karena tidak mau menerima kritikan, tapi sibuk berpikir tentang pikiran orang lain tentang kita justru membawa kita kepada ketidakproduktifan.
Hasan bin Tsabit berkata dalam syairnya: “Aku tak peduli apakah kambing hutan mencela dengan kesedihan, atau tukang cela menghardikku dari balik punggungku”.
Maksud dari Hasan bin Tsabit adalah ucapan orang suka mencela, dan berbicara kasar, tidak dapat dibanggakan. Perkataan menjatuhkan kehormatan orang lain, sama sekali tidak membahayakan dan tidak penting.
Tidak akan ada yang berpaling dari kita bila kita mampu menguasai emosi dan berlaku lebih bijak.
Namun demikian setiap Haters tidak mesti terus kita abaikan. Sekali memerhatikannya adalah dalam rangka memaafkannya.
Sebagaimana pesan Nabiullah Isa bin Maryam yang pernah berkata, “Cintailah musuh-musuhmu!”
Artinya anda harus memberi maaf lebih luas kepada musuh-musuh, agar terhindar dari segala bentuk balas dendam dan kebencian yang berkelanjutan. Sebab itu bisa akan menghancurkan hidup kita sendiri.
“Dan, orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali ‘Imran: 134).
Tegasnya, Muslim yang baik tidak mungkin akan berkata-kata yang buruk, baik di media nyata maupun maya. Semoga kita diberi kekuatan untuk menjadi Muslim yang baik, taat perintah Allah dan Rasul-Nya. Amin! Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)