Belajar tidak mengenal batas usia, waktu, dan tempat. Kapanpun, di manapun, dan sampai kapanpun, belajar tidak boleh mati dan berhenti. Tuntutlah ilmu dari awal kau dilahirkan hingga dikuburkan (uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi). Begitu petuah agung itu mengingatkan.
Mengejar ilmu adalah meraih Kemuliaan “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS Al-Mujadilah: 11).
Allah SWT telah menjanjikan setiap orang yang mempunyai ilmu akan ditinggikan derajatnya di atas manusia yang lain. Ditinggikan derajatnya bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat nanti. Ini menunjukkan tingginya kedudukan ilmu di sisi Allah Azza Wa Jalla.
Untuk itu, jadilah manusia terpelajar yang tidak pernah berhenti belajar. Orang terpelajar, yang amanah terhadap ilmunya, Manusia terpelajar bisa menjadi ternama di hadapan Tuhan dan ciptaan-Nya jika mengikuti jejak nabi Muhammad. Pelajar atau santri itu mulia dan dihormati. Saking mulianya, malaikat sampai membentangkan sayapnya bagi pencari ilmu atau santri (thalibul ‘ilmi).
Belajar adalah suatu keharusan, tidak boleh ditinggalkan. Rasulullah Saw memerintahkan, belajar atau mencari ilmu wajib bagi setiap muslim, laki-laki maupun perempuan tanpa terkecuali (thalabul ‘ilmi faridhatun ‘ala kulli muslimin wa muslimatin).
Satu kata, simpel namun tidak mudah dilakukakan kecuali ada tekad dan kemauan. Untuk itu, Allah SWT berfirman seraya menyindir, apakah sama antara orang yang tahu dan tidak tahu? (QS. Al-Zumar: 9).
Pertanyaan lanjutannya, apakah sama antara orang yang berilmu dan orang yang bodoh? Apakah sama antara orang yang belajar dan tidak belajar? Jawabannya tentu saja berbeda.
Dari ayat itu, Allah SWT telah menunjukkan bahwa media utama untuk menggapai impian dan cita-cita adalah belajar. Karenanya, dalam kalamnya yang lain Allah SWT kembali bertanya, apakah sama antara orang yang buta dan melihat?.
Sindiran Allah SWT ini sangat penting karena menyimpan makna tersirat, yaitu pesan di mana kita harus melek dan tidak gaptek. Kita harus mengetahui informasi agar tidak dibodohi. Karena itu, manusia harus belajar, tahu, dan berilmu.
Oleh karena itu, Allah SWT berjanji akan mengangkat derajat orang belajar (berilmu) itu. Dalam al-Qur’an disebutkan, bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. (QS. al-Mujadalah : 11).
Karenanya pertanyaan apakah sama antara orang yang tahu dan tidak tahu? Apakah sama antara orang buta dan melihat? Adalah menegaskan bahwa antara manusia terpelajar dan tidak terpelajar berbeda, baik harkat maupun martabatnya.
Imam al-Syafi’i berkata, orang yang ingin sukses di dunia, ia bisa menggapainya dengan ilmu. Orang yang ingin sukses di akhirat, ia bisa meraihnya dengan ilmu. Dan orang yang menginginkan keduanya, ia bisa memperolehnya dengan ilmu (man aradad dunya, fa ‘alaihi bil ‘ilmi. Wa man aradal akhirata, fa ‘alaihi bi ‘ilmi. Wa man aradahuma, fa ‘alaihi bil ‘ilmi). Mafhum muwafaqahnya (pemahaman terbaliknya), orang yang bodoh atau tidak terpelajar tidak akan bisa menggapai impian atau cita-cita dunia dan akhiratnya.
Karenanya, Allah SWT dalam firmannya bertanya seraya menyindir, apakah sama antara orang yang tahu dan tidak tahu? Apakah sama antara orang buta dan melihat?
Sesungguhnya yang akan berpeluang besar menjadi alat untuk kemajuan seseorang adalah kemampuan ilmu yang dimlikinya. Semakin tinggi ilmu yang dimiliki oleh seseorang, maka akan semakin baik jabatan dan pekerjaan yang dianugerahkan oleh Allah dibanding orang yang tidak berilmu.
Melihat hal tersebut, hendaknya bagi kaum Muslimin, terutama bagi kalangan pelajar, untuk tidak silau dengan indahnya usia dan dunia, serta tetap fokus mencari ilmu, di manapun dan kapan pun. Masa muda hendaknya diisi dengan mengasah dan me ngeruk sedalamda lamnya bahtera ilmu. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)