Menko Perekonomian Dukung Investasi PT Vale di Blok Pomalaa dan Bahodopi

oleh -
Pertemuan antara Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto dengan pihak PT Vale Indonesia Tbk dan partnernya, Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited (Huayou), di Jakarta, Senin kemarin. (FOTO: DOK PT VALE INDONESIA TBK)

JAKARTA – Menteri Kordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menanyakan sejumlah hal serta dukungan apa yang bisa diberikan dalam rangka mempercepat progress pengembangan proyek PT Vale, tidak saja di Blok Pomalaa, namun juga di Blok Bahodopi.

“Berapa lama proyek ini akan selesai. Dukungan apa yang dibutuhkan dari Kemenko Perekonomian, khususnya area yang akan masuk dalam Proyek Strategi Nasional (PSN),” ujar Airlangga saat menerima kunjungan PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) bersama partner Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited (Huayou), di Jakarta, Senin kemarin.

Pada kesempatan itu, Menko Perekonomian didampingi Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kemenko Perekonomian, Wahyu Utomo serta dan Staf Khusus Menteri Bidang Pengembangan Industri dan Kawasan, I Gusti Putu Suryawirawan.

Sementara pihak PT Vale dihadiri oleh CEO Febriany Eddy, Komisaris Independen Raden Sukhyar bersama jajarannya, serta manajemen Huayou Zhejiang Cobalt Company Limited (Huayou).

Airlangga mengatakan, pihaknya banyak mengetahui perkembangan proyek nikel di Indonesia. Ia mengakui, peluang pengembangannya nikel di tanah air sangat baik.

Ia berharap agar pekerjaan yang sudah dimulai untuk proyek tersebut dapat dilanjutkan dan dipercepat.

Dalam pertemuan ini, pihak PT Vale menyampaikan apresiasi atas dukungan yang telah diberikan selama ini dan juga menyampaikan perkembangan investasi di Blok Pomalaa.

Pada kesempatan tersebut, Fang Qixue menyampaikan, jika Chairman Chen dari Huayou bersama Febriany telah mengunjungi secara langsung area proyek Pomalaa, beberapa waktu lalu.

Kata dia, Huayou dan PT Vale memiliki filosofi yang sama, utamanya mengenai komitmen praktek bisnis yang berkelanjutan, mengutamakan pengelolaan lingkungan, social dan tata Kelola yang terbaik (“ESG”), dan spesifik untuk proyek di Pomalaa ini telah disepakati untuk menerapkan standard ESG kelas dunia.

Investasi untuk proyek ini sangat besar mendekati 5 miliar USD sehingga memerlukan dukungan kuat dari Pemerintah berupa kepastian investasi utamanya terkait perijinan.

Sementara itu, CEO PT Vale, Febriany Eddy, menjelaskan perkembangan terkini dari rencana perseroan untuk membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Blok Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Sesuai kesepakatan dengan Huayou, kata dia, rencana pengembangan di Blok Pomalaa akan mengadopsi dan menerapkan proses, teknologi dan konfigurasi High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang telah teruji untuk memproses bijih kadar rendah, untuk menghasilkan produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan potensi kapasitas produksi hingga mencapai 120 ribu metrik ton nikel per tahun.

Dalam proyek ini, PT Vale dan Huayou sepakat dengan spesifikasi bijih yang memungkinkan optimisasi pemanfaatan bijih sehingga prinsip konservasi mineralnya bisa dipastikan akan terjaga dengan baik, hal ini selaras dengan komitmen perseroan pada keberlanjutan. Saat ini serangkaian kegiatan untuk proyek ini sedang berjalan.
“Pada kerja sama ini kami berkomitmen untuk meminimalkan jejak karbon proyek. Makanya di Blok Pomalaa nantinya tidak akan ada penggunaan batubara, itu sudah menjadi komitmen dekarbonisasi,” tuturnya.

Febriany juga berharap dukungan dari Kemenko Perekonomian agar proses pembangunan proyek PT Vale di Blok Pomala bisa berjalan dengan baik. Selain itu juga memohon dukungan agar proses negosiasi Kontrak Karya (KK) PT Vale dapat berjalan dengan baik. ***