PALU – Di akhir-akhir masa hari libur lebaran, warga biasanya mengisinya dengan berwisata. Sementara pantai terkadang jadi pilihan utama oleh sebagian besar warga Indonesia, termasuk Sulawesi Tengah.
Bagi warga Kota Palu dan sekitarnya, tak jarang memilih lokasi wisata yang jaraknya jauh dari lokasi wisata lainnya. Salah satunya adalah Pantai Tibo.
Pantai ini terletak di Desa Tibo, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala Berada di seberang Timur teluk Palu. Jaraknya sekira 50 KM dari pusat Kota Palu.
Saat media ini menyambangi tempat wisata tersebut, Kamis (9/10), ratusan pengunjung menikmati liburannya di lokasi tersebut.
Dari pantauan media ini, tidak sedikit wisatawan lokal yang berlainan rombongan berdialek atau berlogat khas dari Kota Palu dan Kabupaten Sigi.
Salah satu pengunjung adalah Hardianti (24), pengunjung dari Kabupaten Sigi tepatnya Desa Kalukubula.
“Sudah tiga tahun berturut-turut, habis lebaran kita berwisata di sini,” ujarnya.
Dapat dikatakan air laut pantai ini lebih sedikit terkontaminasi limbah atau sampah. Sehingga dengan ini para pengunjungnya tidak ragu untuk menikmati pesonanya.
“Sengaja kita ke sini, karena selain pantainya indah, masih belum kotor seperti di tempat-tempat wisata di kota,” imbuhnya.
Selain masih terbilang bersih, nampaknya yang dinikmati wisatawan dari pantai ini karena ombaknya yang besar dibanding pantai-pantai lainnya. Meskipun masih pagi hari, ombaknya sudah meninggi.
Pengunjung dapat merasakan keseruan ombak tersebut dengan menggunakan ban dalam atau ucus. Beberapa jasa penyewa ban dalam tentu sudah sedia di lokasi. Satu ucus kecil seharga 5000 rupiah, ucus setengah besar 10 ribu rupiah, dan yang besar seharga 20.000 rupiah.
Di bibir pantai, terdapat warung-warung warga yang menjual aneka jajanan di pantai ini. Menu yang utama adalah Pisang Goreng. Sayangnya keberadaan warung ini tidak terkelola secara menarik sehingga mengganggu eksotika pantai.
Tak Ada Mushala, Tempat MCK Hanya Satu
Meskipun memiliki keindahan dan ombak yang memanjakan wisatawannya, spot ini masih memiliki banyak kekurangan. Terutama sarana prasarananya.
Di tempat ini tak ada Mushola. Untuk sholat pengunjung harus mencari sendiri tempat yang bersih yang pas digunakan sebagai tempat sholat. Bahkan, media ini menemukan, dua orang wanita tampak memilih lokasi lapang di parkiran untuk sholat.
Selain itu, tempat Mandi Cuci Kakus (MCK) hanya satu tempat, yaitu hanya menyediakan satu bilik untuk mandi dan bilik untuk buang air. Untuk mandi dan buang air besar dipungut 5000 rupiah, dan untuk ganti baju atau buang air kecil 2000 rupiah.
Beberapa bangunan tua seperti sebuah WC, kotage, dan tempat permandian air tawar sudah tak berfungsi. Bahkan untuk menyeberangi anak sungai tadah hujan yang membelah pantai tersebut, hanya dihubungkan oleh titian gelondongan.
Kekurangan lainnya adalah kesadaran pengunjung akan sampah. Sampah dengan mudah ditemukan di bibir pantai ini, bisa mengancam kelestariannya. (NANANG)