Mengurus Orang Tua

oleh -
Ilustrasi. (Youtube/Islam Benar)

Bersyukurlah bila masih punya orang tua. Itu menjadi ladang kebaikan buat kita. Berbahagialah karena Anda sekarang memiliki kesempatan untuk dapat lebih membahagiakan orang tua dengan memperbesar rejeki Anda, salah satunya adalah yang ada didepan mata Anda sekarang.

Beruntunglah bagi yang masih memiliki orang tua. Masih belum terlambat untuk berbakti. Sebelum mereka kembali keharibaan Allah. Uang bisa dicari, ilmu bisa digali, tapi kesempatan untuk mengasihi orang tua kita takkan terulang kembali.

Berbakti kepada ibu dan bapak adalah perintah utama, hukumnya jelas, berbaktinya seorang anak kepada orang tuanya adalah hak yang Allah berikan kepada ibu dan bapaknya.

Jadi, manakala ada seorang anak yang tidak berbakti kepada ibu bapaknya, maka baginya adalah dosa besar, meskipun alasan tidak berbaktinya itu karena dalam rangka taat kepada Allah Ta’ala.

Suatu ketika datang seseorang lalu berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, saya ingin ikut berjihad, tapi saya tidak mampu!” Rasulullah bertanya, “Apakah orang tuamu masih hidup?” Orang itu menjawab, “Ibu saya masih hidup.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan: “Temuilah Allah dengan berbakti kepada kedua orang tuamu (birrul walidain). Jika engkau melakukannya, samalah dengan engkau berhaji, berumrah dan berjihad.” (HR. Thabrani).

Selain itu, dari Abu Hurairah, ketika ia berada di Dzul Hulaifah, ibunya ada di rumah, dan dia di rumah yang lain. Apabila Abu Hurairah akan keluar rumah, ia berhenti di depan pintu dan ibunya mengucapkan, “Assalamu’alaiki ya ummatah warahmatullahi wabarakatuhu” (semoga keselamatan, berkah, dan rammat-Nya terlimpah atasmu, wahai anakku).

Kemudian, Abu Hurairah berkata lagi, “Mudah-mudahan Allah melimpahkan Rahmat-Nya kepadamu Ibu, sebagaimana engkau telah mendidikku di waktu kecil.” Ibunya menjawab. “Semoga Allah juga memberikan rahmat- Nya, wahai anakku, sebagaimana engkau telah berbuat baik kepadaku di waktu dewasa.”

Apabila Abu Hurairah masuk ke dalam rumahnya, Abu Hurairah mengucapkan hal yang sama.

Selanjutnya, dari Ibnu Umar, ia bersama seorang laki-laki Yaman yang melakukan thawaf sambil menggendong ibunya seraya berkata, “Aku adalah untanya yang dimanjakan, apabila penunggangnya terkejut maka aku tidak takut.” Kemudian, laki-laki itu berkata, “Wahai Ibnu Umar, apakah menurutmu aku sudah membalas ke baikannya (ibuku)?” Ibnu Umar menjawab, “Tidak. Dan tidak pula sekali napas.”

Hadits di atas menggambarkan bahwa mengurusi orang tua termasuk ibadah yang sangat banyak pahalanya. Bahkan, lebih utama dibandingkan berjihad, padahal berjihad pada zaman Nabi termasuk ibadah yang sangat urgen. Sebab, menang berperang menjadi penentu untuk menegakkan ajaran Islam.

Bagaimana dengan zaman kini? Seorang anak sibuk dengan urusan ekonomi dan melupakan ibadah utama. Jika orang tua ditelantarkan maka semua ibadah wajib dan sunah yang dilakukan tidak berbuah hasil.

Saat ini, bekerja untuk mencari uang dianggap telah mengabdi kepada orang tua. Padahal sebenarnya, orang tua tidak butuh banyak uang. Mereka butuh teman untuk diajak bicara. Ingat, waktu masih kecil, orang tua bersusah payah untuk membesarkan. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)