PALU – Habib Musthafa bin Saggaf Aljufri menggelar Haul Habib Saggaf bin Idrus Aljufri, di kediamannya Jalan Mangga, Palu Barat, Selasa malam (2/7).

Habib Musthafa bin Saggaf Aljufri, yang menyampaikan manaqib sejarah singkat riwayat perjalanan ayahandanya Habib Saggaf mangatakan bahwa, Habib Saggaf sangat memperhatikan Alkhairaat. Hal itu terlihat semasa hidupnya almarhum selalu meluangkan diri untuk mengajar dimanapun berada.

“Bentuk cinta itu, Habib Saggaf berkesempatan untuk selalu mengajar, tidak hanya di sekolah, di rumah bahkan di toko meluangkan untuk mengajar dan belajar, sampai di luar daerah bila Aba berkunjung di Alkhairaat,” kata Habib Musthafa.

Habib Musthafa menekankan, selama mengajar, Habib Saggaf tidak pernah marah sama santrinya atau bahkan sampai memukulnya bila mengajar. Apalagi saat di Pondok Pesantren (Ponpes) Alkhairaat Madinatul Ilmi Dolo, selama di Ponpes itu Habib tidak pernah marah-marah dalam mengajar atau memukul.

“Aba sangat sayang sama santri-santri yang ada di Pondok Dolo (Alkhairaat, Madinatul Ilmi) dan tidak pernah marah-marah, bahkan di tempat manapun Habib Saggaf mengajar,” ungkap Habib Musthafa, dengan kalimat yang sama terus terulang dalam setiap penyampaiannya.

Sementara Ustad Haikal Alamri yang menyampaikan tausiyah malam itu menekankan pentingnya seseorang untuk berilmu, dengan selalu belajar dan mengajar untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya.

Ustad Haikal mengisahakan, almarhum Habib Saggaf dari sejak kecil sudah belajar dan bahkan mendekati wafatnya, Habib Saggaf masih menyempatakn untuk belajar. “Jadi ini sebagai contoh dan panutan untuk kita wajib tiru, betapa pentingnya untuk belajar dan mengajar,” kata Ustad Haikal.

Lanjut kata Habib Haikal saat mengenang bersama Habib Saggaf, dirinya hampir sering bertemu dengan Habib Saggaf untuk belajar, kadang di rumah Habib Saggaf menerima sangat senang, sana tidak melihat berapa orang yang datang pada saat itu, tiga atau satu orang Habib Saggaf tetap memberikan pelajaran.

“Jadi mari meluangkan waktu kita untuk selalu belajar untuk menjadi orang yang berilmu, karena menuntut ilmu itu tidak memiliki batas waktu, seperti dalam hadits shahih menyatakan, ‘tuntutlah ilmu itu dari sejak lahir sampai liang lahat’,” tekannya.

Ustad Haikal menerangkan, dalam hidup ini ada empat yang perlu diketahui yakni, pertama, menjadi orang yang berilmu, kedua menjadi orang yang menuntut ilmu, ketiga menjadi orang yang bahagia akan ilmu dan yang ke empat, orang yang sema sekali tidak ingin memiliki ilmu.

“Terpenting dalam menuntut ilmu adakah harus jujur. Ini hal yang utama,” tutupnya.