Mengatasi Jenuh Beribadah

oleh -
HS Ali Muhammad Aljufri

OLEH : HS Ali Bin Muhammad Aldjufri*

Titik jenuh, itulah sebuah awal mula yang terkadang begitu mengerikan. Bisa saja seseorang jenuh, sehingga dengan kejenuhannya dia malah tidak berproduksi sama sekali. Jangankan beribadah yang banyak tantangannya, terkadang sekadar makan siang atau nonton tayangan TV saja kita bisa merasa bosan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh sifat alamiah manusia yang mudah jenuh.

Begitu juga dalam  beribadah kepada Allah, ada masa-masa semangat, ada masa-masa lesu dan bosan sebagai bagian dari tabiat manusia. Rasulullah bersabda: Ingatlah setiap amalan itu ada masa semangatnya. Siapa yang semangatnya dalam koridor ajaranku, maka ia sungguh beruntung. Namun, siapa yang sampai futur (malas) hingga keluar dari ajaranku, maka dialah yang binasa. (HR. Ahmad).

 Di antara sebab datangnya kemalasan dan kebosanan adalah terlalu berlebihan dalam beribadah melampaui porsi dan kemampuan. Ibadah wajib seperti bertauhid dan shalat mesti ditunaikan terlepas apa pun keadaan seorang hamba, baik di kala malas maupun saat semangat.

Rasulullah menegur seseorang yang berlebih-lebihan dalam beribadah hingga mengabaikan hak tubuhnya untuk beristirahat, atau mengabaikan hak keluarganya. Beliau menyuruh umatnya untuk beribadah sesuai dengan kemampuan masing-masing agar tak mudah terjangkiti bosan:

BACA JUGA :  Ibadah Mudah dan Murah

“Kerjakanlah amal seberapa yang kamu mampu. Demi Allah, Tuhan tidak akan bosan hingga kamulah yang bosan.” (HR. Muslim, Ahmad dan Ath Thabarani)

Tetapi saat seseorang terbiasa menunaikan kewajiban, ia akan memiliki dorongan untuk melakukan amalan sunah sebagai salah satu ganjaran dari Allah di dunia, yakni kebaikan berbuntut pada kebaikan lainnya. Ibnu Rajab al Hanbali berkata, Sesungguhnya Allah jika menerima suatu amal hamba, maka Allah beri ia taufik untuk melakukan amal saleh setelahnya.

Oleh sebab itu diperlukan tips dan trik agar kita tak mudah merasa bosan beribadah. Upaya pertama dan utama adalah berdoa kepada Allah dengan doa yang sering Rasulullah panjatkan, Ya Muqollibal Qulub, tsabbit qolbi ‘alaa diinik. Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu (HR Tirmidzi). Selanjutnya adalah dengan melakukan ibadah sedikit demi sedikit asalkan rutin.

BACA JUGA :  Puluhan PRT di Palu Minta Pemerintah Segera Sahkan RUU PPRT

Rasulullah bersabda: Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit. (HR Muslim). Upaya lainnya adalah memvariasikan amalan. Jika datang kebosanan itu pada tilawah Alquran, hal itu dapat diatasi dengan beralih kepada shalat sunah. Jika shalat sunah terasa berat, ia bisa diimbangi dengan memperbanyak zikir.

Jika kelesuan menimpa amalan shaum sunah, ia bisa diimbangi dengan memperbanyak hadir ke majelis ilmu. Jika bersedekah terasa berat, ia bisa diimbangi dengan membaca buku-buku agama.

Cara lain untuk mengatasi kejenuhan dalam beribadah adalah  menentukan amalan unggulan diri sendiri, yakni amalan yang bisa kita lakukan secara kontinyu terus-menerus setiap harinya meskipun kondisi iman sedang turun.

BACA JUGA :  Orang Tua Siswa Kecewa Proses Mediasi Kekerasan di Diksar Sispala SMU Negeri 1 Ampana

Misalnya, Bilal bin Rabbah yang memiliki amalan unggulan senantiasa dalam kondisi berwudhu, sehingga atas amalan unggulannya ini Rasulullah dapat mendengar suara sandalnya di surga.

Amalan unggulan ini haruslah sesuatu yang khas diri kita agar dapat kita lakukan tanpa mengeluh. Misalnya, amalan unggulan seorang aktifis media social  bisa  menulis artikel (termasuk status) kebaikan minimal satu per hari. Amalan unggulan seorang  juru masak  misalnya memberi makan 1 orang miskin tiap hari.

Dengan memiliki amalan unggulan, insyaa Allah kita takkan terpengaruh oleh kebosanan beribadah karena sudah memiliki standarisasi harian. Sebagaimana kita takkan berhenti mandi setiap hari minimal sekali karena sudah terbiasa dan merasa butuh.

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah amalan yang berkelanjutan meskipun sedikit.” (HR Muslim). Wallahul Mustaan

*Penulis adalah Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Alkhairaat periode 2014 – 2019