SEJAK berdiri pada tahun 1930 hingga saat ini, Alkhairaat telah memberikan kontribusi yang begitu besar terhadap perkembangan Islam di Sulawesi Tengah dan Kawasan Timur Indonesia.
Perjalanan yang cukup panjang dengan begitu banyak tantangan dan hambatan yang dilaluinya. Namun karya terbesar oleh sang pendiri As-Sayyed Idrus bin Salim bin Alwi bin Saqqaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim bin Husain bin Abdillah bin Syaikhan bin Alwi bin Abdullah At-Tarisi bin Alwi Al-Khawasah bin Abubakar Aljufri Al-Husain AlHadhramiy, yang mempunyai jalur keturunan dari Sayyidina Husain bin Fatimah Az-Zahra Puteri Rasulullah SAW.
Beliau dikenal oleh masyarakat Sulawesi Tengah hanya dengan sebutan “Guru Tua”. Sebutan singkat tetapi tersimpan mendalam di dalam kalbu bagi mereka yang pernah merasakan pendidikan di Alkhairaat yang disebut Abnaulkhairaat.
“Pendidikan merupakan soko guru untuk bangsa Indonesia dan untuk ummat, karena tidak ada orang yang bodoh menjadi sulit hidupnya. Dalam agama Islam juga dikatakan, bahwa orang yang bodoh juga mendekati kefakiran dan bahkan bisa menjadi kafir,” Kata Ahmad Ali.
Misi Guru Tua di bidang Pendidikan kata Ahmad, bukan hanya tanggung jawab Abnaulkhairaat, tetapi juga merupakan misi Pemerintah.
Dengan perjuangan itu, Ahmad Ali berharap khususnya Pemerintah Daerah untuk bisa membantu dan tidak membedakan antara pendidikan di sekolah negeri dengan pendidikan Madrasah yang sedang dilaksanakan oleh Alkhairaat saat ini.
“Karena tidak bisa dipungkiri, bahwa Alkhairaat merupakan organisasi besar di Indonesia Timur yang mempunyai sekolah dan madrasah hingga ditingkatan desa,” imbuhnya.
Dengan infrastruktur itu kata dia, akan lebih baik jika didukung langsung oleh pemerintah. Sehingga pendidikan bukan hanya tanggungjawab satu orang atau pun organisasi tertentu, tetapi semua pihak.
“Harusnya pemerintah daerah ini tahu, kalau mereka punya hutang budi dengan Alkhairaat,” tegas Rusdi Mastura.
Bagi Pria yang akran disapa Bung Cudy itu, hanya Alkhairaat yang telah melahirkan pemimpin-pemimpin di awal berdirinya provinsi ini.
“Banyak kader-kader yang dilahirkan dari rahim Alkhairaat, yang menjadi pemimpin di di daerah ini,” katanya.
Selain itu, jika bukan karena Alkhairaat, belum tentu ibu kota Provinsi Sulteng ada di Palu. Sehingga sangat wajar bila kita harus memberikan perhatian penuh kepada pengembangan dan perjuangan Alkhairaat.
Persoalan Alkhairaat kata Cudy, tidak dapat diselesaikan oleh Alkhairaat itu sendiri, tetapi semua masyarakat Sulteng dan Pemerintah Daerah yang harus bersama-sama saling membantu untuk pengembangan Alkhairaat di masa akan datang.
Hal senada juga disamapaikan Bupati Sigi, Irwan Lapata bahwa dukunganya kepada Alkhairaat dikarenakan misinya yakni untuk membangun pendidikan, khususnya pendidikan agama.
“Pendidikan membangun sumber daya manusia, karena pendidikan adalah masa depan, masa depan adalah perubahan yang merubah mental, sikap perilaku dan karakter manusia dari yang belum baik menjadi cerdas dan keluar dari belenggu kebodohan,” ujar Irwan.
Sementara itu Wakil Bupati Tojo Una-Una, Admin As Lasimpala menyatakan bahwa Alkhairaat telah mengambil sebagian besar tanggung jawab Pemerintah dibidang pendidikan. Sehingga sudah sepantasnya pemerintah membalas apa yang telah diberikan Alkhairaat.
“Sebelum saya lahir, sudah banyak mencetak generasi terbaik di Kabupaten Tojo Una-Una. Sehingga sebagai pemerintah daerah, saya membuka ruang sebesar-besarnya untuk kemajuan Alkhairaat,” tegas Admin.
Demikian pula yang telah dilakukan oleh Pihak Kepolisian Resor Poso yang melakukan renovasi salah satu bangunan Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) Nurul Khaeraat di Desa Towu, Kecamatan Poso Pesisir.
“Siapa pun yang peduli dengan Alkhairaat, apalagi membangun tempat pendidikannya, maka dia adalah spirit, pewaris dan sekaligus penerus Guru Tua, Habib Idrus Bin Salim AlJufri,” kata Kapolres Poso AKBP Bogieq Sugiyarto. (FAUZI)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.