SEJAK berdiri pada tahun 1930 hingga saat ini, Alkhairaat telah memberikan kontribusi yang begitu besar terhadap perkembangan Islam di Sulawesi Tengah dan Kawasan Timur Indonesia.
Perjalanan yang cukup panjang dengan begitu banyak tantangan dan hambatan yang dilaluinya. Namun karya terbesar oleh sang pendiri As-Sayyed Idrus bin Salim bin Alwi bin Saqqaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim bin Husain bin Abdillah bin Syaikhan bin Alwi bin Abdullah At-Tarisi bin Alwi Al-Khawasah bin Abubakar Aljufri Al-Husain AlHadhramiy, yang mempunyai jalur keturunan dari Sayyidina Husain bin Fatimah Az-Zahra Puteri Rasulullah SAW.
Beliau dikenal oleh masyarakat Sulawesi Tengah hanya dengan sebutan “Guru Tua”. Sebutan singkat tetapi tersimpan mendalam di dalam kalbu bagi mereka yang pernah merasakan pendidikan di Alkhairaat yang disebut Abnaulkhairaat.
Perjalanan hidup beliau, setiap tahun diceritakan dan dikenang dalam satu pertemuan oleh Abnaulkhairaat dari seluruh penjuru Negeri ini, yang dikenal dengan Haul Guru Tua, setiap tanggal 12 Syawal di tahun hijriah. Waktu itu juga merupakan hari terakhir perjuangan beliau di dunia ini, tepatnya di 12 Syawal 1389 H bertepatan dengan tahun 1969 M.
Camat Tinombo Selatan, kabupaten Parigi Moutong, Riswan bahwa hutang budi kepada Guru Tua sebagai pendiri Alkhairaat begitu besar.
“Kami merasa berutang dengan guru tua, karena beliau yang telah merintis pembangunan keagamaan di wilayah timur, lebih khusus di Tinombo Selatan wilayah kami,” katanya.
Tidak hanya itu kata dia, Orang tua mereka pun merupakan orang-orang yang masih mendapatkan pendidikan dari sang guru. Pendidikan itu terus menerus turun kepada mereka, sehingga pemahaman akan Islam yang baik tidak pernah putus atas jasa dari Guru Tua.
“Setiap tahun, kami selalu hadir dan turut menyukseskan pelaksanaan Haul Guru Tua, untuk tahun ini, kami hanya mampu memberikan sedikit sumbangan, yang itu tidak bisa dihitung dengan jasa sang guru,” tuturnya.
Pimpinan Majelis Taklim Ahbabul Mustafa Kabupaten Parimo sekaligus Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Tinombo Selatan, Idris Djanaba menyatakan jika tidak ada perjuangan Habib Idrus, maka Islam di Indonesia timur tidak akan berkembang pesat.
“Habib Idrus dengan Alkhairaatnya, merupakan peletak dasar Islam di Sulteng secara terstruktur. Memang banyak yang membawa islam sebelum beliau, tetapi belumlah terstruktur seperti yang dilakukan oleh Habib Idrus,” tutur mantan Wali Kota Palu, Rusdi Mastura.
Hal senada juga disampaikan Bupati Parigi Moutong, Samsurizal Tombolotutu bahwa sosok Guru Tua tidak lepas dari kehidupannya hingga saat ini, karena begitu banyak benang merah yang mengikat antara dirinya dengan Alkhairaat.
“Saya bisa mengenal baca tulis Al Qur’an karena Alkhairaat serta Alumni Ibtidaiyah Alkhairaat Tinombo tahun 1968,” tuturnya.
Selain itu, perjuangan Habib Idrus dalam menyiarkan Islam di Kabupaten Parigi Moutong khususnya di Tinombo kala itu, bersama-sama dengan dengan sang Kakek Raja Tombolotutu.
“Apa yang diperjuangkan Alkhairaat juga menjadi perjuangan saya,” ujar Samsurizal. (FAUZI)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.