OLEH : HS Saggaf Bin Muhammad Aldjufri*
Kehidupan yang dijalani manusia di dunia pada hakikatnya hanyalah ujian menuju alam yang lebih kekal, yaitu akhirat. Dalam menghadapi ujian tersebut, sudah tentu hasil yang didapat oleh setiap orang tidak akan sama. Ada yang meninggal dalam keadaan baik dan penuh keimanan (husnul khatimah), ada pula yang tutup usia dalam keadaan buruk (suul khatimah).
Seseorang yang selama hidupnya mengaku Mukmin pun belum tentu akan meninggal dalam keadaan beriman. Karena itulah, sebagai Muslim, kita dituntut untuk menjalani ujian kehidupan di du nia ini dengan penuh kesabaran dan istiqamah. Di samping itu, kita harus selalu meminta kepada Allah SWT agar diberikan-Nya petunjuk jalan yang lurus.
Suatu ketika Rasulullah ditanya oleh sahabat Abu Amrah, “Ya Rasulullah, katakanlah kepadaku ungkapan tentang Islam, yang aku tidak akan lagi menanyakannya kepada seorang pun selain engkau.” Dengan singkat beliau menjawab, “Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah kemudian istiqamahlah’.” (HR Muslim).
Tentu Abu Amrah sadar betul bahwa menjadi Muslim yang benar, lurus, dan konsisten, bukanlah perkara mudah, maka ia ingin sebuah peneguhan dari Nabi langsung, bagaimana jalan terbaik menjadi Muslim yang sejati tanpa harus dibayangi keraguan dan kebimbangan. Sebab, godaan, ujian, dan tantangan kehidupan kerap kali mengguncang jiwa dan keyakinan.
Imam al-Qurthubi menceritakan, pernah ada seorang pemuda yang saleh. Ia rajin dan taat ber ibadah. Setiap hari ia selalu mengumandangkan azan di menara masjid untuk memanggil umat Muslim agar segera ke masjid guna mendirikan shalat berjamaah. Tentu saja, banyak orang ka gum dengan pemuda tersebut.
Namun, di suatu hari saat pemuda itu hendak mengumandangkan azan dan telah tepat berada di atas menara masjid, saat ia menengok ke bawah, dilihatnya seorang gadis nan jelita melintas. Hatinya berdegup. Dan, langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Tak kuasa menahan rasa, pemuda muazin pun bergegas turun dari menara. Dan, segera menemui gadis yang menawan hati nya itu. Singkat cerita, pemuda itu rela murtad demi menikahi gadis Nasrani tadi.
Kisah tersebut memberikan ibrah yang begitu jelas bahwa iman dan Islam seseorang akan ber temu dengan ujian kehidupan yang datang silih berganti. Kerap kali, konsistensi iman itu meng alami benturan keras, tapi jarang disadari sang empunya kala hal itu berupa ujian kenikmatan. Dengan demikian, setiap jiwa mesti mema ha mi dan menyadari bahwa istiqamah bukan perkara mudah. Namun, bukan berarti tidak ada jalan untuk menjadi Muslim yang istiqamah.
Namun begitu, yakinlah ahwa istiqamah tidak akan berakhir pahit, tidak akan sia-sia semua lelah dan payah yang engkau lakukan karena-Nya. Satu butir debu pun akan engkau temui balasannya di surga kelak, di akhirat kelak, di negeri yang terasa jauh namun sejatinya negeri itu dekat.
Dan jika dirimu sekarang sedang merasa lemah, merasa patah,… janganlah engkau berputus asa. Mintalah kepada Allah agar memberi keteguhan, berdoalah dan bergeraklah mengerjakan amal-amal shalih. Sesungguhnya hal tersebut akan dapat membuat semangat kembali muncul, serta mendatangkan penjagaan Allah terhadap diri kita.
Dan jika dirimu sekarang sedang merasa lemah, merasa patah,… teruslah berbenah, jangan pernah berputus asa. Sungguh sahabat Ibnu Mas’ud yang mulia pernah berkata Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu pernah mengatakan, “Kebinasaan itu ada pada dua perkara, yaitu merasa putus asa dari rahmat Allah, dan merasa bangga terhadap diri sendiri.” (muslimah).
Jagalah iman. Tegakkan kakimu di atas kebenaran, jangan mundur dan jangan merasa lemah. Sesungguhnya Allah selalu bersamamu. Istiqmahlah hingga akhir hayat.
Wallahul Mustaan
*Penulis adalah Ketua Utama Pengurus besar (PB) Alkhairaat