Menanam Kebaikan

oleh -
Ilustrasi (Youtube Elysian D)

Berbuat baik adalah jalan menuju kebahagiaan. Hanya saja  banyak di antara kita yang jika akan berbuat baik masih kerap menggunakan kalkulasi untung-rugi. Akibatnya, kesempatan berbuat baik sering hilang, sementara umur kita terus berkuarang. Lalu, seperti apa seharusnya sikap kita?

Selalulah menanam kebaikan, karena Rasulullah SAW telah meminta kita: “Barangsiapa memiliki kelebihan bekal, maka hendaknya dia datang dengan bekal itu kepada orang yang tidak memilkikinya. Barangsiapa memiliki kelebihan kendaraan, maka hendaklah dia datang kepada orang yang tidak memiliki kendaraan” (Al-Hadits).

Kepada siapa kebaikan kita tebarkan? Kepada seluruh makhluq! Seperti yang ditulis Aidh Al-Qarni di Laa Tahzan, Hatim -seorang penyair- kepada istrinya: “Jika selesai membuat makanan, carilah orang yang akan makan sebab aku tak akan sanggup memakannya seorang diri”.

Kepada siapa kebaikan kita tebarkan? Kepada seluruh makhluk, termasuk kepada binatang. Tentang ini, jangan pernah lupa kisah seorang pelacur (yang kemudian diampuni Allah) saat memberi air kepada anjing yang sedang menderita karena kehausan.

BACA JUGA :  Ibadah Mudah dan Murah

Untuk apa semua kebaikan yang kita tanam itu? Tentang ini, ada perumpamaan yang indah. Bahwa, orang yang berbuat baik itu laksana orang yang memakai wewangian. Kita tahu, aroma harum wewangian disukai oleh semua orang.

Artinya, wewangian itu tak hanya bermanfaat bagi si pemakai tapi juga untuk orang-orang di sekitarnya. Demikian juga dengan perbuatan baik yang tak hanya bermanfaat bagi si pelaku, tapi juga berguna bagi orang lain.

Memang, jika seseorang berbuat baik maka yang pertama akan merasakan manfaat adalah dia sendiri. Begitu dia melakukan kebaikan, maka seketika itu juga jiwanya akan terasa lapang. Dia akan merasa tenang, tenteram, dan damai.

Kebaikan bagaikan biji atau tunas tumbuhan yang bisa ditanam, tumbuh, berkembang, dan memberi manfaat untuk orang banyak. Semakin banyak ditanam, semakin banyak tumbuh dan selanjutnya dituai manfaatnya.

BACA JUGA :  Menghayati Keagungan Ilahi

Karena itu, setiap insan diharapkan berkenan menanam kebaikan agar alam kehidupan terhiasi dengan keindahan kebaikan-kebaikan yang menghidupkan suasana siang dan malam.

Namun, sebagaimana tanaman yang ada pengganggunya, kebaikan juga mengalami gangguan kecil hingga besar. Kadangkala diganggu dengan kata-kata yang menurunkan semangat, di saat yang lain diganggu dengan cara-cara yang lain.

Hal-hal seperti itu akan dianggap sebagai rumput pengganggu yang perlu dihadapi dengan tindakan-tindakan yang baik dan wajar. Sebab, yang diutamakan adalah senantiasa menanam kebaikan.

Apalagi ajaran Islam yang agung telah mengatur bagaimana menghadapi pengganggu-pengganggu kebaikan. Menghadapinya dengan baik juga bagian dari yang sikap dan perbuatan yang memperoleh pahala. Di antara cara menghadapinya telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yaitu tidak marah.

BACA JUGA :  Murah Hati

Menyikapinya seperti ini sangat penting, karena terlalu cepat marah bisa membuat kita sebagai insan biasa tidak mampu mengontrol diri dan berpeluang melakukan hal-hal yang tak diinginkan.

Rasulullah bahkan tidak marah saat seorang Yahudi buta menjelek-jelekkannya Namun kemudian si Yahudi itu masuk Islam setelah mengetahui yang dijelek-jelekkannya adalah orang yang mencontohkan pelaksanaan ajaran Islam yang sesungguhnya. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)