PALU — Menteri Agama Republik Indonesia Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. menegaskan pentingnya peran alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu dalam mengisi ruang-ruang dakwah dan pengabdian di tengah masyarakat. Hal itu ia sampaikan pada Wisuda ke-45 Sarjana, Magister, dan Doktor UIN Datokarama Palu, yang berlangsung di Auditorium, Ahad (2/11) pagi.

Menteri Agama menekankan bahwa lulusan perguruan tinggi Islam harus siap menjadi pelaku utama dalam menghidupkan nilai-nilai keilmuan dan keagamaan di berbagai lini kehidupan. Ia menganalogikan lulusan UIN harus menguasai sembilan “M” akronim dari Mimbar, Mihrab (tempat berdirinya imam salat), Musabaqah Tilawatil Quran, Majelis Taklim, Majelis Ulama (sebagai penerus ulama), Maqobir, Membaca doa-doa tahlil, kemudian, kuasai Militer yang menghafal Alquran.

“Masyarakat kita membutuhkan alumni UIN untuk hadir di ruang-ruang itu,” ujar Menteri Nasaruddin Umar.

Ia menyebut bahwa di Indonesia terdapat lebih ratusan ribu masjid yang membutuhkan kehadiran lulusan UIN sebagai pembimbing, pengajar, dan pembina umat. Bukan masalah besar kecilnya gaji, tetapi ini soal pengabdian dan kebahagiaan akhirat.

“Mengajar Al-Qur’an adalah ladang amal yang tidak ternilai,” tegasnya.

Menteri Nasaruddin juga menyoroti kekayaan tradisi keilmuan Islam yang membedakan perguruan tinggi Islam dari kampus umum. Ia menjelaskan bahwa dalam Islam, sumber keilmuan tidak hanya berasal dari rasio dan deduksi akal, tetapi juga mencakup lima sumber pembelajaran utama akal, intuisi, wahyu, mimpi, dan kontemplasi.

“Di perguruan tinggi umum, sumber ilmunya satu akal. Tapi dalam Islam, kita belajar dari lima sumber. Wahyu memberi informasi dan konfirmasi. Mimpi juga menjadi sumber pelajaran. Jangan mengingkari mimpi, sebab dari mimpi pula Nabi Ibrahim menerima perintah kurban,” jelasnya.

Lebih lanjut, Menteri Nasaruddin mengingatkan bahwa pembelajaran dalam Islam mencakup kontemplasi atau perenungan, bukan sekadar konsentrasi atau pemikiran rasional. Menurutnya, keseimbangan antara akal dan rasa adalah fondasi lahirnya insan kamil, manusia paripurna dalam pandangan Islam.

Ia juga menyinggung perkembangan teknologi yang semakin mempermudah proses belajar, di mana sumber ilmu kini bisa diakses dari mana saja. Menurut dia, kampus masa depan tidak harus megah. Perpustakaan sekarang sudah pindah ke handphone.

“Saya punya 50.000 buku digital, termasuk disertasi dari Al-Azhar Mesir. Artinya, siapa pun bisa belajar dari mana pun,” katanya.

Menteri Agama mengingatkan agar para alumni tidak cepat merasa selesai setelah diwisuda. Ini bukan akhir, tapi awal dari pengembaraan intelektual. Teruslah belajar, lanjutkan ke jenjang lebih tinggi, manfaatkan teknologi, dan gunakan waktu sebaik mungkin. Menteri Nasaruddin mengapresiasi semangat akademik UIN Datokarama Palu dan menegaskan bahwa alumni daerah tidak kalah dari alumni luar negeri, asalkan memiliki semangat belajar dan disiplin tinggi.

“Jangan minder karena kuliah di Palu. Ukuran masa depan bukan di mana kita belajar, tapi sejauh mana kita bermanfaat bagi masyarakat,” pungkasnya.