OLEH : Habib Alwi Aljufri*
KITA semua adalah pemburu barokah. Kita selalu saja memohon barokah. Kita selalu ingin bersama dengan sumber keberkahan, bersama dengan orang yang dengannya kita bisa mendapatkan keberkahan. Lalu ada pertanyaan, siapakah orang yang penuh berkah itu?
Berkah berasal dari bahasa Arab, yakni barokah, artinya nikmat. Dalam istilah lain berkah adalah mubarak, dan tabaruk yang berarti nikmat.
Menurut Imam Al-Ghazali istilah, berkah (barokah) artinya “bertambahnya kebaikan”. Sementara para ulama juga menjelaskan makna berkah sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan usia.
Dalam keseharian, kita acapkali mendengar kata “semoga berkah”, bermaksud mencari kebaikan atau tambahan kebaikan, baik kebaikan berupa bertambahnya harta, rezeki, maupun berupa kesehatan, ilmu, dan amal kebaikan (pahala).
Ada seorang nabi yang namanya bermakna Orang Yang Penuh Berkah. Nabi itu adalah Nabi Isa AS, putera Siti Maryam. Dalam al-Qur’an disebutkan: Allah SWT berfirman: “dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) sholat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;” (QS Maryam 19: Ayat 31)
Cobalah fokus pada potongan ayat “dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada”. Bacalah tafsir potongan ayat itu. Dalam kitab tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa beliau penuh berkah karena beliau mengajarkan kebaikan. Ini adalah menurut Mujahid, Amr bin Qays dan Al-Tsawri. Ingin selalu mendapatkan keberkahan? Beradalah selalu di dekat para pengajar kebaikan. Menjauhinya adalah menjauhi keberkahan.
Masih dalam kitab tafsir yang sama, mufassir lain menyebutkan bahwa beliau nabi Isa penuh berkah adalah karena beliau memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran. Orang baik biasanya didekati banyak orang, sementara orang yang menyeru kebaikan biasanya dijauhi dan dimusuhi. Ingin selalu mendapat keberkahan hidup? Jangan jauh-jauh dari para menyeru kebaikan dan pelarang kemungkaran.
Sebagai pribadi, keberkahan dapat kita rasakan misalnya dengan mendaptkan hidup yang tenang, bahagia, sehat, rezeki yang cukup, anak shalih shalihah, tetangga yang baik dan sebagainya. Dalam konteks hidup bermasyarakat keberkahan itu seperti lingkungan aman, damai, tidak ada bencana, bahan makanan yang melimpah dan murah dan sebagainya.
Tanda orang telah mendapat barokah bila ia sabar menghadapi penderitaan, sabar dalam menggapai kesuksesan, sabar dalam menyampaikan kebenaran, sabar dalam beribadah, dan sabar menghadapi berbagai karakter orang.
Setidaknya jika kita dapat merasakan indikator tersebut maka secara pribadi atau individu boleh disebut hidupnya penuh keberkahan.
Namun demikian setiap pribadi tentu akan merasakan keberkahan hidupnya yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Meski demikian acuannya tetap sama yakni beriman dan bertakwa sehingga orang yang hidup gelimang harta dan serba kecukupan hidupnya belum tentu berkah selama dia tidak beriman dan bertakwa. Wallahul Mustaan
*
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.