PALU- Pengamat bencana Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) menyarankan, bagi calon kepala daerah akan maju bertarung pada pemilihan kepala daerah tingkat kabupaten, kota, provinsi, materi kebencanaan perlu dimasukan dalam visi-misinya.

“Hal ini penting dilakukan agar kepala daerah belajar memang terkait bencana,” kata pengamat bencana Sulteng, Drs. Abdullah dalam konferensi pers, di Hotel Best Western, Jalan Basuki Rahmat, Kota Palu, Kamis (30/9).

Ia mengatakan, Provinsi Sulteng sendiri, masuk ke dalam tujuh daerah paling rawan gempa.

Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Univeritas Tadulako (Untad) ini mengatakan, mengapa materi kebencanaan ini perlu dimasukkan, sebab tanpa itu, tidak berguna selama empat tahun memimpin dan melakukan pembangunan infrastruktur.

“Hilang lenyap, runtuh akibat gempa, sebab tidak adanya mitigasi terhadap bencana,” kata Kepala Laboratorium Palu Koro ini.

Dia juga mengatakan, kejadian gempa magnitudo 7,4 di Provinsi Sulteng itu selain gempa, tsunami, likuefaksi masih ada dua hal terjadi dan sampai sekarang masih terus berlangsung, diantaranya down lift (penurunan muka tanah ) dan up lift (kenaikan permukaan tanah).

“Hal ini terus berlangsung sampai sekarang, ” pungkasnya.

Terpisah, salahsatu anggota Komunitas Historia Sulawesi Tengah (KHST), Jefrianto mengatakan, untuk teluk Palu terdapat sekitar 12 titik mengalami penurunan permukaan tanah dan sampai sekarang masih mengganga di dasar laut.

Dia mengatakan, sedangkan di luar Kota Palu, terdapat dua desa mengalami penurunan permukaan tanah, diantaranya, Desa Tompe dan Desa Lompio, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala.

“Bila bulan purnama atau mati , akan mengalami pasang air laut, ” katanya.

Dia menambahkan , sedangkan dusun masing-masing di dua desa tersebut , sama sekali sudah tidak bisa menjadi tempat pemukiman.

“Penduduknya harus direlokasi, ” tutupnya dari balik telpon.

Reporter: Ikram/Editor: Nanang