PALU – Hingga saat ini, infrastruktur jalan di Kecamatann Lindu masih memprihatinkan. Di sepanjang jalan utama nampak rusak berat, seolah belum mendapat sentuhan program dari pemerintah.
Kondisi ini disaksikan oleh Anggota DPRD Sulteng, Muh. Masykur, saat berkunjung di Kecamatan Lindu, pecan lalu. Kunjungan tersebut adalah kali kedua dilaksanakan oleh Masykur di kecamatan yang namanya mashur karena memiliki kekayaan alam luar biasa, yakni Danau Lindu.
“Masa hanya jalan penghubung antar dusun yang kondisinya jauh lebih layak, dirabat beton. Sementara jalan utama yang menghubungkan empat desa yaitu Poroo, Langko, Tomado dan Anca rusak parah,” keluh Masykur, Senin (25/06).
Masykur berharap, menjelang perayaan HUT Kemerdekaan RI yang ke-73, masyarakat Lindu sudah dapat menikmati makna sesungguhnya dari kemerdekaan, yakni akses jalan menjadi mulus, sebagaimana layaknya kondisi jalan di daerah lain yang selalu mendapat sentuhan pembangunan.
“Jika bisa disebut, itu harapan dan mimpi penantian panjang masyarakat Lindu. Mereka berharap pemerintah segera merealisasikan mimpi ini. Sebab, tidak perlu ditanya sudah berapa kali mereka dijanjikan perbaikan jalan. Tidak perlu ditanya juga, sudah berapa banyak pejabat hilir mudik masuk keluar di kampung mereka,” katanya.
Masykur juga berharap, Pemda dapat memberikan perhatian khusus di Kecamatan Lindu. Sebab, kata dia, jika infrastruktur mantap, maka nilai manfaatnya juga banyak, dimana masyarakat terlayani dan akses keluar masuk wilayah jadi lebih cepat. Efek peningkatan ekonomi warga jadi terdampak.
“Apalagi perhatian terhadap infrastruktur tidak hanya datang dari Pemda kabupaten maupun provinsi tapi saya yakin pemerintah pusat juga tidak bakal menutup mata atas kondisi ini karena inheren dengan program pembangunan di daerah-daerah pinggiran,” tutup Masykur.
Sementara Tokoh Adat Kecamatan Lindu, Nurdin, berharap, suara mereka didengarkan oleh pemerintah, baik kabupaten, provinsi dan pusat.
“Sudah cukup lama kami sabar menunggu. Janganlah penantian kami terus jadi berkepanjangan hanya karena dianggap kami terpencil,” jelas Nurdin. (RIFAY)