Ditanya apa upaya BI untuk menjaga agar resesi tidak terjadi di Indonesia, maka yang dilakukan antara lain adalah mendorong belanja domestik, di mana masyatakat diminta melakukan pembelanjaan, terutama produk-produk domestik atau dalam negeri.
“Kenapa demikian, kalau kita tetap membeli produk dalam negeri, maka akhirnya kita memberikan lapangan kerja baru buat masyarakat. Tapi kalau yang kita beli barang impor, maka yang untuung orang luar. Tapi belanja juga tetap dikendalikan, harus tetap ada simpanan,” jelas mantan Analis Senior, KPw BI Provinsi Jawa Tengah (Jateng) itu.
Dalam hal konsumsi, lanjut dia, BI juga memudahkan masyarakat untuk berbelanja dan memudahkan UMKM untuk menjual produknya dengan cara digitalisasi, yaitu QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).
“Orang bisa berbelanja dari rumah, jualan juga bisa dari rumah,” katanya.
Selanjutnya, kata dia, peningkatan produktivitas. Seperti yang dilakukan BI Sulteng memberikan bantuan alsintan, yang salah tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas produksi pertanian, sehingga ketercukupan bahan-bahan pokok bisa terjamin.
“Jadi kedaulatan pangan bisa kita capai, konsumsi masyarakat juga baik. Masyarakat yang bekerja juga lebih banyak,” katanya.
Presiden, lanjut dia, juga sudah mengamanatkan agar BUMN-BUMN memperbanyak porsi belanja dari produk-produk UMKM.
Lebih lanjut ia mengatakan, di Sulteng sendiri tidak ada sektor-sektor ekonomi yang begitu terpengaruh besar dengan isu resesi.
Ia mencontohkan industri pengolahan nikel yang ada di Kabupaten Morowali. Sampai sekarang, kata dia, tidak terjadi penurunan signifikan atas ekspor ke China.
“Karena mereka (China) tetap berproduksi. Artinya, kalau mereka tetap berproduksi, maka tetap membeli nikel dari kita,” terangnya.
Di sektor pertanian, lanjut dia, juga tidak terpengaruh karena sektor ini banyak lari ke konsumen domestik.
“Jadi bisa dibilang aman. Beras kita tidak hanya jual di Sulteng, tetapi juga ke daerah lain, seperti Jawa,” tambahnya.
Pertambangan pun demikian. Ia mengakui adanya penurunan produksi, namun hal itu adalah efek tahun lalu yang sudah tumbuh tinggi.
“Sekarang tumbuh, tetapi tidak setingga tahun lalu. Tapi itu juga tidak melulu disebabkan oleh perlambatan ekonomi global. Jadi Insya Allah kita masih aman di sini. Kondisi masih baik di Sulteng sepanjang kita bisa mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang kita miliki,” ujarnya.