SIGI – Masyarakat adat Desa Toro melaksanakan prosesi ritual Mora’a Ue di pelataran sungai Sekolah Alam Ngata Toro, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pada Kamis (29/08). Ritual ini merupakan bagian dari rangkaian pembuka acara peresmian rumah adat Lobo, atau yang disebut Pompede Lobo, bagi masyarakat sekitar.
Mora’a Ue, atau yang juga dikenal sebagai ritual Hulu Sungai, dilakukan dengan menyiapkan properti adat seperti sirih dan pinang yang diberikan kepada pelaku adat. Ritual ini dilengkapi dengan pembacaan syair dan gane-gane dalam bahasa lokal Kulawi dengan dialek Mouma. Selain itu, seekor ayam kampung disembelih, dan darahnya dibiarkan mengalir mengikuti aliran sungai.
Menurut pelaku adat, Said Tolao, masyarakat adat Ngata Toro mempercayai bahwa ritual Hulu Sungai ini bertujuan untuk memohon kepada Yang Maha Kuasa agar aliran sungai Toro dapat sampai ke lahan-lahan sawah petani. Selain itu, mereka juga meminta perlindungan agar tanaman padi dan tanaman lainnya terhindar dari serangan hama.
“Dulu, bertahun-tahun Mora’a Ue pernah tidak dilakukan. Alam menegur kita lewat panen-panen petani yang gagal. Olehnya, setiap masa tanam dimulai, ritual Mora’a Ue harus tetap dilakukan,” jelas Said saat ditemui di lokasi Sekolah Alam Ngata Toro yang didirikannya.
Selain itu, lelaki paruh baya yang juga pendiri Sekolah Alam Ngata Toro itu menjelaskan bahwa ritual Hulu Sungai ini harus dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari garis keturunan kepala adat. Hal ini karena gane-gane yang digunakan dalam ritual tersebut berisi syair doa kepada Yang Maha Kuasa dalam bahasa asli Kulawi dengan dialek Mouma.
“Demikianlah cara masyarakat adat Toro menjaga alam lewat kearifan lokal,” tutup Said.
Reporter: MUGHNI
Editor: NANANG