PALU- Era 80 an kampung-kampung di Kota Palu memiliki persatuan atau geng anak muda. Misalnya dahulu, orang Palu mengenal geng sangar Nero-Nero dari Tatura, namun ada yang tak kalah tenar kala itu, yaitu geng dari Kelurahan Nunu, dikenal dengan sebutan PORDEO.

PORDEO pada zamannya dikenal dengan anak-anak muda sering berantem dan mabuk-mabukan. Tapi itu dulu. Seiring berjalannya waktu, geng yang berdiri sejak 1983 ini bertranformasi menjadi organisasi masyarakat, dan jauh dari seperti yang dibayangkan, dan menamakan ormas mereka PORDEO 83.

Para Tuakanya (orang dituakan) kini lebih bijaksana dan religius. Tuaka-tuaka ini kini lebih banyak membimbing dan membina anak-anak muda melakukan kegiatan sosial dan memakmurkan masjid. Stigma negatif selama ini melekat pada kelurahan Nunu, perlahan dan pasti mulai tergerus dengan hal-hal lebih positif.

Ketua PORDEO 83 Hamdi mengatakan, PORDEO ini organisasi paling tua di Kelurahan Nunu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu yang dihidupkan lagi. Tujuannya mengumpulkan anak muda untuk menyalurkan bakat dan hobinya, sehingga mengurangi tawuran ataupun narkoba, memakmurkan masjid.

“Organisasi ini memiliki beberapa program di antaranya, pembagian makanan tiap hari jumat dan tiap subuh ada snack dan teh buat siapa saja yang ke masjid,” ujar Hamdi turut didampingi tokoh anak muda dan pegiat sanggar seni Nunu Suaib Djorimi di Palu, Ahad (14/8).

Lalu mendata orang miskin di daerah sekitar, janda-janda tua yang sudah tidak ada penghasilan diberdayakan. Juga pembagian beras tiap bulan sekali untuk fakir miskin, yatim piatu dan janda yang membutuhkan.

Sehingga kesenjangan dari orang yang kaya dan miskin bisa diperkecil, dan merajut kebersamaan dan saling menopang sekaligus untuk menghapus image buruk, Nunu Tatanga adalah preman, narkoba dan tawuran.

Menghadapi Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke 77 RI, PORDEO 83 menggelar kegiatan, Musik The Legend mulai 15 – 17 Agustus 2022 , bertempat di Jembatan Lalove , dengan rangkaian acara seperti , musik legendaris, karaoke, tarik tambang, makan kerupuk, lari karung, lari kelereng dan adu layangan.

Sekilas Sejarah PORDEO

PORDEO 83 adalah perkumpulan anak muda (geng) di Kelurahan Nunu melalui kesepakatan tujuh orang. Mereka menamakan perkumpulan mereka pada tahun 1983 dengan nama tersebut.

Seiring waktu berjalan PORDEO menjadi simbol persatuan orang Nunu, dan sering diplesetkan atau kepanjangan dari kalimat “Porotaka Tengge Deuo”. Dalam bahasa Kaili yang artinya “banting dan ketok kepalanya–dengan tangan setengah dikepal”.

Pada saat itu asumsi masyarakat kota bahwa anak Nunu selalu melakukan tindakan anarkis dan suka bentrok ,

“Tetapi setelah masuk zaman melenia kami sekolompok pemuda Nunu mengambil inisiatif untuk merubah polapikir dan membuka diri untuk meyakinkan kepada masyarakat dan warga Sulawesi Tengah pada khususnya Kota Palu, untuk merubah dan langka demi langka mehilangkan kesan orang lain dalam kaca mata mereka, bahwa kami ingin berubah menjadi pemuda yang berahlak baik selalu dilihat dari segi positif,” kata Ketua PORDEO 83, Hamdi.

Sejak Hamdi memimpin, dari tahun 2019, mereka besepakat PORDEO sebagai simbol persatuan orang Nunu. akan mejadi Ormas bertujuan bergerak di bidang sosial.

“Nama PORDEO sebagai nama dari ormas tersebut dengan merubah artinya dari negatif menjadi positif yaitu dengan kepanjangan dalam bahasa Kaili ‘Porambangan Ntodea Oge’ yang artinya kebersamaan dengan orang banyak dan memimpin.” akunya.

PORDEO dinahkodai sudah banyak melakukan kegiatan kegiatan. Hal-hal yang membantu program pemerintah setempat dan juga kegiatan bhakti sosial dan bidang agama, olah raga dan lain-lain,

Kegiatan tersebut diawali kerja bhakti rumah ibadah, zikir bersama bersama Habib Shaleh, pertandingan Bola sekota Palu, peduli bencana, dan lain-lain.

Reporter: IKRAM
Editor: NANANG