PALU,- Setelah memperkuat satuan tugas (Satgas) Operasi Madago Raya di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) selama 9 bulan, prajurit TNI Batalyon Infanteri Para Raider 502/Ujwala Yudha dikembalikan ke kesatuannya.
Pelepasan 120 prajurit TNI yang bermarkas di Jabung Malang Jawa Timur ini dipimpin langsung Kapolda Sulawesi Tengah, Irjen Polisi Rudy Sufahriadi di lapangan apel Polda Sulteng, Jum’at (8/10).
“Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas keberhasilan dalam pelaksanaan tugas operasi Madago Raya.” kata Kapolda Sulteng, saat melepas prajurit TNI, memiliki moto Ujwala Yudha ini.
Ia mengatakan, sebagai prajurit sapta marga dan prajurit profesional, harus menyadari bahwa prestasi yang telah diraih harus dapat dipertanggung jawabkan dan dipertahankan.
“Bahkan prestasi tersebut hendaknya dapat dijadikan pelajaran serta sumber inspirasi guna menghadapi tugas selanjutnya,” tegas Rudy.
Dalam kesempatan yang sama Kabidhumas Polda Sulteng Kombes Polisi, Didik Supranoto kepada media mengatakan, prajurit TNI dari Yonif Para Raider 502/Ujwala Yudha hari ini dikembalikan ke kesatuan yang bermarkas di Jabung Malang Jawa Timur.
“Mereka telah selesai melaksanakan tugas Bawah Kendali Operasi (BKO) Madago Raya di Kabupaten Poso Sulteng, selama sembilan bulan,” kata Didik.
Didik menambahkan, tugas dan peran prajurit TNI Yonif Para Raider 502 akan digantikan oleh Prajurit TNI Yonif 714 Sintuwu Maroso yang bermarkas di Poso Sulteng.
Misi prajurit TNI Yonif 714 sama yaitu mendukung Polri dalam pelaksanaan Operasi Madago Raya untuk membantu melakukan pengejaran dan pencarian sisa DPO teroris Poso yang saat ini tinggal empat orang, terang Didik yang juga Kasatgas Humas Ops Madago Raya. (Ikram)
Untuk diketahui Operasi Madago Raya saat ini memasuki tahap IV akan berlangsung dari tanggal 1 Oktober sampai dengan 31 Desember 2021.
“Upaya persuasif humanis (soft approach) akan terus ditingkatkan oleh satuan tugas Ops Madago Raya, tetapi penegakkan hukum (hard approach) kepada para pelaku juga akan diambil apabila upaya persuasif humanis tidak diindahkan,” tutup Didik.
Reporter: IKRAM/Editor: Nanang