OLEH : Jamaluddin A. Mariajang*
Penyaringan calon Rektor Universitas Tadulako (Untad) Palu telah selesai. Tiga kandidat telah disampaikan ke Menteri.
Pemilihan Rektor (Pilrek) kali ini dilumuri oleh berbagai kasus akibat penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pemimpin Untad sebelumnya, khususnya dalam pengelolaan dana Badan Layanan Umum (BLU) Untad.
Fakta-fakta yang tak bisa dibantah setelah adanya temuan hasil investigasi pengelolaan keuangan dari inspektorat jenderal, BPK RI, dan khususnya Dewan Pengawas BLU Untad.
Semua persoalan ini akibat kebobrokan oligarki kampus yang telah bergumul 15 tahun di puncak kekuasaan Untad. Masa masa yang begitu mengerikan dalam kepemimpinan Untad ditandai dengan kebiasaan menghukum pegawai pegawai yang tak bersalah.
Kasus ini nyata dan terbuka. Publik kampus dan masyarakat sudah mengetahuinya. Tangan besi oligarki kampus telah membantai nasib pegawai dengan wajah seperti malaikat. Mereka ini masih punya kader yang ikut dalam suksesi rektor saat ini, dipersiapkan untuk melanjutkan bakat pemimpin oligarkis.
Teori mengajarkan kelompok oligarki senantiasa berupaya dengan cara apapun untuk tetap mencengkram kekuasaan. Tentu akan menyokong kader kader mereka di Untad khususnya terutama posisi Rektor dan Ketua Senat.
Jurus-jurus maut untuk mengelabui kesadaran warga kampus ialah memainkan strategi playing victim (seolah teraniaya), tentu juga main duit dari surplus yang diperoleh selama berkuasa. Dimaksudkan untuk memprovokasi orang orang bahkan aparat penegak hukum dan khalayak supaya membela kepentingan mereka.
Sekali lagi, ini kompilasi pandangan yang teramat sahih dari teori tangan besi oligarki Robert Michels.
Di berbagai kasus kekuasaan oligarki bahkan mampu mempengaruhi prilaku birokrasi negara untuk tunduk pada kepentingan mereka. Apalagi jika bertemu dengan pejabat negara dan aparatur hukum yang lemah kadar iman dan bermental pelisiran, mereka itu menjadi sasaran empuk rayuan maut kelompok oligarki. Diduga segelintir ilmuan dan pemimpin Untad telah memainkan praktek ini untuk memuluskan kepentingan mereka dimana saja.
Masa depan Untad harus bebas dari oligarki. Kita mengetuk nurani pejabat pusat di Dikbudristek untuk meneliti secara cermat para calon rektor yang disokong oleh kelompok oligarki kampus.
Kasus-kasus yang ada menjadi pelajaran bahwa oligarki telah melakukan perbuatan khianat terhadap masyarakat Sulawesi Tengah dan kebenaran itu sendiri. Anasir oligarki hanya akan memproduksi masalah masalah di Untad sebab aliran darah kepemimpinan mereka telah terjangkiti penyakit tangan besi kekuasaan, meski wajah mereka lembut seperti bayi.
Kaum progresif tidak bakal mengendurkan tekanan terhadap kelompok yang terus menerus memproduksi masalah di Untad kini dan akan datang.
*Penulis adalah Dosen Sosiologi FISIP Untad/Wakil Ketua KPK Untad