POSO – Aksi terorisme beberapa waktu lalu di wilayah Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah yang telah menelan korban tewas dan luka-luka, menjadi titik balik pola berpikir mantan narapidana teroris (napiter) Wagiman alias Papa Siti.
Warga Poso itu dahulu ditangkap pada tanggal 17 Juni 2005 oleh pihak kepolisian di Desa Panca Makmur, Kecamatan Soyo Jaya, Kabupaten Morowali Utara karena keterlibatannya terhadap penembakan Jaksa Ferry Silalahi di Palu pada tahun 2004.
Ia juga terlibat dengan serangkaian teror bom dan penembakan misterius di Kabupaten Poso.
Selama mendekam di balik jeruji besi hingga bebas, dia mengaku banyak memikirkan jalan radikal yang ditempuhnya.
“Dan saya menyadari, jihad tidak harus menggunakan kekerasan dan menimbulkan korban,” katanya, baru-baru ini.
Menurutnya, paham yang mengaku ingin berjihad dengan jalan kekerasan, tidak lagi sejalan dengan apa yang ada di kepalanya. Baginya, membina umat menjalani Islam yang rahmatan lil alamin menjadi lebih masuk akal baginya.
“Saya bersyukur akhirnya tersadar bahwa perbuatan di masa silam adalah keliru dan saya sangat menyesalinya. Saya menyesal karena membunuh orang tidak bersalah adalah kesalahan besar, yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT,” katanya.
Demi menebus kesalahan di masa lalu, Wagiman berjanji akan selalu setia dan menjadi bagian dari NKRI. Ia juga menyatakan mendukung program pemerintah serta pihak kepolisian dalam menjaga keamanan untuk mewujudkan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di wilayah Kabupaten Poso yang kini sudah semakin kondusif. *