Bisakah kita mencontoh cara dan adab puasa Rasulullah SAW? Tentu saja bisa, karena Beliau SAW adalah teladan bagi umatnya (QS [33]:21). Tinggal, sejauhmana bisa menirunya, dan di situlah letak perbedaan kualitas setiap orang.

Ibadah puasa diwajibkan Allah SWT kepada orang beriman dengan role model-nya Nabi SAW (QS [2]:183).

Nah, saatnya dicek ulang, apakah puasa kita sesuai sunah Nabi SAW? Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menyebutkan adab puasa Nabi SAW.

Pertama yang harus dilakukan adalah bersahur.  Nabi SAW selalu bersahur walaupun seteguk air. Bersahurlah kalian, karena makan sahur itu berkah. (HR Muttafaq alaih).

Beliau berniat sejak malam hari dan bersahur, lalu banyak beristighfar (QS [3]:17).

Jadi, kelirulah jika banyak makan sahur agar esok hari tidak lapar dan haus. Beliau SAW juga mengakhirkan sahur hingga menjelang Shubuh.

Yang dimaksud berkah adalah turunnya dan tetapnya kebaikan dari Allah pada sesuatu. Berkah bisa mendatangkan kebaikan dan pahala. Berkah diberikan hanya untuk orang-orang yang menaati-Nya.

Makan sahur merupakan syiar Islam yang membedakan dengan ajaran para ahli kitab (Yahudi dan Nasrani). Rasulullah SAW bersabda: “Perbedaan antara puasa kita dan puasa (Yahudi dan Nashrani) adalah makan sahur.” (HR. Muslim).

Fisik dan tubuh kita akan lebih kuat dalam menjalankah ibadah puasa jika makan sahur. Imam Nawawi Rahimahullah berkata: “Berkah makan sahur amat jelas yaitu semakin menguatkan dan menambah semangat orang yang berpuasa.” (Syarh Shahih Muslim, 7 : 206).

Orang yang makan sahur akan mendapatkan salawat dari Allah dan para malaikat-Nya. Sesuai sabda Rasulullah SAW: “Makanan sahur adalah makanan penuh berkah. Janganlah kalian meninggalkannya walaupun dengan seteguk air karena Allah dan Malaikat-Nya bersalawat kepada orang yang makan sahur.”

Waktu sahur salah satu yang diberkahi Allah SWT. Karena ketika itu, Allah turun ke langit dunia. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda : “Tuhan kita turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir.

Lantas Dia berfirman, “Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari nomor 1145 dan Muslim nomor 758).

Waktu sahur merupakan utama untuk beristigfar. Sebagaimana orang yang beristigfar dipuji Allah dalam beberapa ayat dalam Alquran. Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 17 yang artinya: “(Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.”

Dan Allah berfirman pula dalam surat Adz-Dzariyat ayat 18: “Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar.”

Orang yang makan sahur dijamin bisa mendengar azan salat Subuh dan bisa menunaikannya tepat waktu, itupun merupakan suatu kebaikan yang dimana orang lain belum tentu bisa melaksanakannya.

Makan sahur bernilai ibadah jika kita niatkan untuk mendekatkan diri pada Allah dan untuk taat semata pada-Nya. Pada intinya, banyak sekali keberkahan yang kita dapat ketika makan sahur, namun, sebagian kita belum mengetahui.

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa ) kepada orang-orang yang sedang makan sahur” Insya Allah termasuk di saat sahur untuk puasa “sunnah”. (HR. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath-Thabrani, dari Abdullah bin Umar). Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)