Sangat berbahaya jika shalat kita lalai. Ibarat membuat bangunan tanpa tiang, maka bangunan itu akan ambruk. Tanpa shalat yang kokoh, akhlaq kita akan ambruk.
Ingatlah, hidup hanya satu kali, ibadah adalah tiangnya. Tanpa tiang yang kokoh hidup ini akan ambruk.
Tanpa ibadah yang benar, negeri kita pun menjadi ambruk. Bangsa kita ini insya Alloh akan bangkit kalau kita awali dengan beribadah dengan benar.
“Sesunggunya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (Q.S Al Mu’minun [23] : 1-2) Amat sangat beruntung, sukses, bahagia, dan menang orang yang beriman dan khusyu’ dalam shalatnya”
Shalat khusyuk akan menghindarkan seseorang dari perbuatan mengganggu orang yang shalat di sampingnya. Khusyuk juga bisa terlihat karena yang bersangkutan tak akan mengalihkan pandangannya dan tak akan menoleh ke arah manapun, selain ke tempat sujudnya.
Sedangkan, menurut Ibnu Abbas, khusyuk yang dimaksud ayat tersebut diartikan sebagai sikap takut dan rasa ketenangan yang diperoleh seseorang ketika shalat. Namun, ketenangan dalam bersikap belum tentu cerminan dari kekhusyukan hati. Bahkan, justru ketenangan itu bisa menggambarkan fakta sebaliknya, yaitu kekosongan hati.
Keadaan inilah yang diwanti-wanti oleh para salaf. Mereka menyebut khusyuk kategori ini sebagai khusyuk nifaq, yaitu kekhusyukan palsu. Sebagian dari kalangan salaf meminta agar sikap tersebut dihindari.
Orang yang menampakkan kekhusyukan dalam shalat padahal sama sekali tidak ada ketentangan di hatinya, khusyuk yang ditunjukkan itu tiada bermakna dan tak berguna. Umar bin Khattab pernah menegur seorang remaja yang tengah melaksanakan shalat.
Tingkat ketajaman batin Umar dapat merasakan kepalsuan khusyuk yang dipertontonkan remaja tersebut. Ia lantas meminta agar si remaja mengangkat kepalanya dan mengatakan bahwa khusyuk itu hanya terdapat di hati.
Shalat memang perlu focus, seperti suryakanta yang mampu memfokuskan cahaya sehingga objek yang berada dibawahnya bisa terbakar. Begitupula, orang yang tuma’ninah mampu memfokuskan dan mengendalikan pikirannya, sehingga dia bisa menyelesaikan banyak hal.
Orang yang shalatnya khusyu’ akan sangat disiplin menjaga dirinya untuk tidak menzalimi orang lain.
Shalat adalah pangkal dari amal ibadah yang lainnya, jika shalat dijaga dengan baik maka ibadah yang lain akan juga terjaga sempurna. Tetapi ada sebagian orang yang mempermasalahkan sikap dan perilakunya belum juga terjaga, padahal ia sudah melakukan shalat.
Ingat, sekadar shalat dan menjaga shalat itu berbeda, jika orang mengerjakan shalat tapi sikap dan perilakunya masih amburadul, itu bukan karena shalatnya, tapi tanyakan pada orangnya apakah ketika shalat ia sudah hadirkan Allah dalam shalatnya?
Karena seseorang yang benar-benar menjaga keadaan shalatnya, maka Allah akan selalu menjaga keadaan hidupnya tanpa terkecuali. Maka jagalah shalatmu agar Allah senantiasa menjaga segala sesuatu yang hadir dalam hidupmu.
Shalat itu ditutup dengan salam, “Semoga keselamatan diberikan Allah kepadamu.” Artinya itu adalah jaminan bahwa kita tidak akan menyakiti siapapun. Perkataannya, pikirannya, perbuatannya, dan amalnya dijamin tidak akan mencederai sekitarnya. Makin khusyu’ shalatnya, orang lain makin terjaga dari kezalimannya.
Akhirnya kita berdoa kepada Allah SWT agar dikaruniakan kening yang selalu rindu bersujud kepada-Mu, lisan yang selalu basah menyebut nama-Mu, telinga yang selalu rindu mendengar kebenaran-Mu, dan tubuh yang selalu ringan beramal di jalan-Mu. Ya Allah, jadikan negeri ini dipimpin oleh orang-orang yang ahli ibadah, yang berakhlaq mulia, yang bisa menjadi suri teladan bagi umat-Mu ini. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)