PALU- Ketua Dewan Pakar Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) menyebutkan tidak bisa menyelesaikan masalah hukum, sebab masalah hukum berat. Mafia hukum di mana-mana dan di berbagai institusi.
“Kalau ada yang memperbaiki disikat, ada jaksa di satu tempat nangani korupsi satu daerah, sudah kencang-kencangnya, dipindah dia ke satu tempat. Jadi mulai lagi dari nol, masih mau kejar koruptor ditarik lagi. Polisi juga banyak yang begitu. Dan itu berlapis di berbagai institusi,” kata Ketua Dewan Pakar KAHMI Mahfud MD saat silaturahmi gala dinner keluarga besar KAHMI di Hotel Best Western Plus Coco , Jalan Basuki Rahmat Kota Palu, Kamis (24/11) malam.
Maka sebagai seorang alumni HMI kata dia, berpedoman pada hadits nabi sebisa yang bisa kita lakukan. Yaitu satu negara akan hancur, kalau diperintah dengan ugal-ugalan dengan cara melanggar hukum, cepat atau lambat
“Sehingga ketika nabi diajak berkolusi, oleh seseorang, ‘tolong nabi anak saya jangan dihukum meskipun melakukan kesalahan. Sebab saya ini malu berapapun yang dimau, tetapi jangan dihukum’,” kata Menko Polhukam ini.
Tapi nabi mengatakan, kata dia, “tahukah kamu hancurnya Negara-negara besar seperti Persia, Mesir, India, karena kalau ada orang salah dan orang itu punya kedudukan dan kekayaan, mereka itu dilepaskan. Tapi kalau ada orang kecil bersalah langsung dihukum”.
Maka kata Mahfud MD mengutip salahsatu hadits nabi “Demi Allah di mana saya ada dalam kekuasaan-Nya, kalaupun anakku Siti Fatimah mencuri saya potong tangannya,” bebernya.
Ia mengatakan lagi, sebab Nabi ingin negara tidak hancur, sehingga hadits nabi ini diformulasi dengan indah oleh Sayidina Ali Radiallahu Anhu dan dikutip oleh IIbnu Taimiyah, “Akan kuat dan abadi satu negara dipimpin dengan tegaknya hukum, meskipun mungkin pemimpinya itu kafir. Dan akan hancur satu negara kalau dipimpin dengan dzholim dan tidak adil, meskipun negara itu muslim”.
“Saya tidak katakan kita pilih pemimpin kafir, tapi iniengatakan keadilan itu lebih penting dari status keagamaan,” katanya.
Ia menambahkan, bidang politik saat ini sudah banyak kemajuan, bila disandingkan pada masa orde baru (ORBA).
“Bayangkan zaman orde baru orang KAHMI bilang saya calon presiden, ingin jadi menteri tidak bisa. Zaman orde baru harus lewat satu pintu skrining sangat mencekam, mau sekolah saja orang KAHMI dosen-dosen itu ditahan, ini HMI, ini HMI, ini HMI,” ucap Mahfud.
Tapi begitu orde baru berakhir imbuhnya, Ari Satria bisa menjadi Rektor, Rokhmin Dahuri jadi menteri, Jusuf Kalla jadi menteri.
Oleh sebab itu, ia mengajak memanfaatkan peluang ini walaupun masih kurang. Namun sekarang sudah terbuka, kita bisa memilih, bisa mengajukan calon, bisa mengajukan diri, bisa membeli lembaga survei.
“Orde baru tidak boleh ada lembaga survei. Lima tahun sebelum Pemilu hasilnya sudah ada, yang menang Golkar presidenya Suharto itu dulu,” ujarnya.
Tapi saat ini ujarnya, demokrasi sudah tumbuh. Namun mesti terus diperbaiki bersama-sama. Dan terpenting, sedang dikampanyekan bersama presidium kata dia, bagaimana politik demokrasi berkeadaban.
“Bahkan bukan hanya sekadar demokrasi, tapi memberi contoh yang baik. Jangan saling membantai, memfitnah, menjelekkan, jangan juga membeli, ini harus dicontoh kan KAHMI,” katanya.
Olehnya kata dia , sekarang pintu terbuka luas didepan kita, tinggal kita memilih mau berkhianat terhadap idealisme itu atau mau memelihara idealisme itu.
Reporter: IKRAM/Editor: NANANG