MA IPNU : Keilmuannya Bermanfaat Sampai Sekarang

oleh -
Fery Cokroaminoto Dewantoro

DUKUNGAN kepada Alhabib Sayyid Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua) untuk menjadi Pahlawan Nasional berdatangan dari berbagai kalangan. Pemerintah Kota Palu dalam hal ini Walikota Palu, telah memberikan rekomendasi dukungan Guru Tua Pahlawan Nasional, selain itu berbagai kalangan baik tokoh agama dan tokoh masyarakat juga memberikan dukungan serupa.

Kali ini, dukungan datang dari Pimpinan Wilayah Majelis Alumni Ikatan Pelajar Nahdlataul Ulama (PW MA IPNU) Sulawesi Tengah. Jurnalis Media Alkhairaat, Nanang IP mewawancari PW MA IPNU melalui sekretaris umumnya, Fery Cokroaminoto Dewantoro, S.Fil.I. yang berhasil diwawancarai jurnalis Media Alkhairaat. Berikut petikan wawancaranya :

Menurut Anda mengapa Guru Tua harus didorong menjadi Pahlawan Nasional?

Seluruh kita abna alkhairaat (warga alkhairaat) yang berasal dari berbagai daerah, latar belakang pasti sangat berbangga saat kelak guru mulia kita Habib Sayyid Idrus bin Salim Aljufri menjadi pahlawan nasional. Karena itu sebagai bentuk penghargaan dan bentuk rasa terima kasih kita, dengan datangnya beliau ke tanah Sulawesi Tengah khususnya dan daerah-daerah lain itu membawa hal yang baik. Dalam artian khazanah keilmuan Islam yang beliau ajarkan yang bermanfaat dan dirasakan sampai sekarang.

Menurut Anda apa kemanfaatan dan gagasan yang dibawa Guru Tua?

Guru Tua mendirikan perguruan Islam Alkhairaat. Banyak guru-guru, murid dan banyak warga Alkhairaat sampai sekarang sudah menyebarkan ilmu yang sangat bermanfaat. Sehingga apa yang beliau wariskan kepada kita itu sungguh luar biasa. Sebagai jalan untuk meneladani ajaran-ajaran Islam rahmatan lilalamin.

Menurut Anda dari aspek kesejarahan apakah Guru Tua pantas menjadi pahlawan nasional?

Dari sisi kesejarahan juga Guru Tua sangat pantas. Karena ide-ide dan gagasan nasionalisme kebangsaan yang dimiliki Guru Tua begitu besar. Dan kita tahu bersama, Guru Tua terkenal dengan syair-syair nasionalismenya. Syair-syair itu bukan ditulis begitu saja, syair itu pasti ditulis atas dasar semangat cinta tanah air Indonesia. Apa yang beliau sampaikan dengan syair-syair itu bukan hal yang main-main. Jadi kita bisa melihat rekam jejak nasionalisme Guru Tua dari syair-syair yang beliau tulis.

BACA JUGA :  Balai Bahasa Peringati 100 Tahun A.A.Navis

Di antara syair beliau, “Bendera kemuliaan berkibar di angkasa. Hijau daratan dan gunung-gunungnya. Tiap bangsa memiliki simbol kemuliaan. Dan simbol kemuliaan kami adalah merah putih”. Dan pada pelaksanaan Muktamar NU Tahun 1937, melalui pesan Guru Tua kepada Mbah Hasyim bahwa bendera kebangaan Indonesia adalah Merah Putih.

Sudah sejauh mana upaya agar Guru Tua menjadi pahlawan?

Saya pikir kebanggaan itu harus. Sosok beliau menjadi pahlawan nasional kita dukung. Tapi memang yang perlu diperhatikan di dalam tahapan-tahapan menuju pegukuhan seorang tokoh menjadi pahlawan nasional itu ada syarat-syaratnya yang harus dipenuhi. Ketika bicara kelengakapan tahapan administrasi, maka kita bicara soal aturan negara. Saya pikir kita perlu mendorong dan memastikan hal itu terpenuhi.

Akhir tahun lalu di bulan Desember 2021 kita sudah melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di Kota Palu terkait jejak kepahlawanan Guru Tua di Indonesia Timur. Lalu ada juga dukungan dari pemerintah daerah, dimana beberapa waktu yang lalu saya melihat dukungan dari Wali Kota Palu Bapak Hadiyanto Raysid yang nantinya akan menyusul rekomendasi dari pemerintah provinsi. Tahapan-tahapan ini harus dipastikan dengan baik agar semua syarat terpenuhi.

BACA JUGA :  Partai Golkar Optimis Paslon Gubernur AA-AKA Menang 80 Persen di Banggai

Bagaimana menurut Anda dengan pemahaman yang berseberangan dengan Alkhairaat?

Adapaun perbedaan pemahaman yang ingin saya sampaikan, kita di hari akhirat nanti itu ingin berdiri di belakang barisannya Rasululullah Shalallah alaihi wa salam. Dan kita juga ingin di belakangannya Guru Tua. Karena apa yang disampaikan Guru Tua haqqul yakin dan percaya itu adalah ajaran yang benar, kita semua meyakini itu.

Adapun orang-orang yang berbeda pendapat, dan pemahaman dengan Alkhairaat jangan sampai mencederai kondisi kebatinan abnaul khairaat. Jangan sampai membuat pernyataan-peryataan kurang akhlak dan adab, karena bagaiamana pun Guru Tua dan almarhum Habib Saggaf bin Muhamad Aljufri adalah dzurriyah Rosulullah Shalallahu alaihi wa salam.

Kita semua dan khususnya warga Nahdlatul Ulama (NU) itu harus takzim dan memuliakan para Habaib keturunan Rosulullah SAW. Sulawesi Tengah adalah tanah Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja). Representasi Aswaja di Sulawesi Tengah adalah Alkhairaat. Alkhairaat adalah ajaran yang benar dan apa yang disampaikan Guru Tua adalah ajaran yang benar benar adalah benar, kita sebagai Abna Alkhairat meyakini itu. Jadi kepada kelompok yang berbeda pemahan mari menjaga adab dan akhlak.

BACA JUGA :  Milad WIA, Ajang Penguatan Silaturahmi

Anda melihat sudah sejauh mana perjuangan Guru Tua Pahlawan Nasional?

Saya secara pribadi meyakini Insya Allah, dan perjuangan dari berbagai pihak akan membuahkan hasil yang baik. Tahapan yang dilakukan sudah dalam tahapan benar. Kita apresiasi Ketua Pokja yakni Habib Alwi Aljufrie dan Sekretaris Kelompok Kerja (Pokja) Guru Tua Pahlawan Nasional, luar biasa.

Tim Pokja bekerjasama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) juga telah melaksanakan FGD dan mengumpulkan segala hal dengan maksimal. Insya Allah saya yakin proses ini akan membuahkan hasil sehingga kita mendapat kabar baik bahwa Guru Tua Pahlawan Nasional.

Kita apresiasi kepada Habib Alwi Aljufrie dan tim pokja yang sedang bekerja. Dan yang paling penting satu komando tahtal amar berada di bawah Ketua Umum PB Alkhairaat Habib Ali bin Muhammad Aljufri dengan mendengarkan nasehat-nasehat beliau.

Patuhi arahan beliau dan jangan keluar dari jalan itu. Dan saat ini di Alkhairaat pimpinan kita adalah Habib Ali bin Muhammad Aljufrie, dengarkan taati dan laksanakan. Kita sudah berada di jalan yang benar dan semoga kita bagian dari umat Rosulullah yang mendapatkan syafaat beliau dan berada di belakang barisan Guru Tua di akhirat nanti.***