PALU- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) YAKKUM Emergency Unit (YEU) menggelar publikasi produk paving blok atau batu ampar terbuat dari bahan dasar sampah plastik dan pameran produk daur ulang, di Kafe Namomi, Jalan Dewi Sartika, Kota Palu, Sabtu (10/8).

Project Manager Program Perempuan Pengusaha Plastik Sulawesi Tengah (Sulteng) Arnice Ajawaira menuturkan, Program pengelolaan sampa baru berjalan efektif selama setahun, telah berhasil mengumpulkan sekitar 13 ton sampah dari Desa Ngata Baru Sigi dan Kelurahan Talise.

“Program tersebut melibatkan komunitas lokal melalui berbagai inisiatif, termasuk bank sampah yang memungkinkan warga menukar sampah plastik dengan pinjaman uang. Semakin banyak plastik yang dikumpulkan, semakin besar akses pinjaman dapat diperoleh warga,” katanya.

Salah satu inisiatif utama adalah kata dia, sistem simpan pinjam di mana plastik digunakan sebagai jaminan untuk meminjam uang, serta usaha lokal memungkinkan warga menukar sampah dengan jasa seperti peminjaman kursi dan tikar. Program tersebut strategi subsidi silang untuk menutupi biaya produksi produk daur ulang, seperti paving block.

Ia mengatakan, Pendekatan program tersebut fokus pada pemberdayaan perempuan, terutama dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Dengan memberikan nilai ekonomi pada sampah, program tersebut membantu meningkatkan pendapatan tambahan bagi perempuan.

“Dukungan dari Bupati Sigi serta kerja sama dengan komunitas seperti Ruang Senawa sedang dijajaki untuk memasarkan produk daur ulang dan memastikan kelanjutan program,”katanya.

Bupati Sigi Moh. Irwan Lapatta mengatakan, selaku Pemerintah daerah (Pemda) menyatakan dukungannya terhadap kegiatan pengelolaan sampah plastik tersebut.

“Makanya tadi, ya bukan di-takeover. Artinya ketika dia berhenti, Pemda harus mengambil alih untuk melanjutkannya,” ujarnya.

Sebagai langkah awal sebut dia, Pemda memberikan dukungan dana sebesar Rp 100 juta untuk pengelolaan sampah plastik tersebut.

Terkait prospek produk paving blok dari sampah plastik potensinya bagus.”Kalau potensinya, saya pikir memang sangat menjanjikan, tapi prosesnya panjang.Yang penting sampah plastik kita jumlahnya tidak hanya seperti tadi,” tambahnya.

Selain itu, ujar dia, Pemda juga memiliki rencana untuk memperluas cakupan pengelolaan sampah plastik tidak hanya di Sigi tetapi juga di kota Palu dan Donggala, dengan fokus pada pengambilan sampah plastik dalam jumlah besar untuk diolah menjadi produk bernilai tinggi.

Sekretaris Bank Sampah Ngata Baru Kabupaten Sigi Minarti mengatakan, Proses pembuatan paving blok melibatkan pemanfaatan 5 kg botol plastik dilelehkan, kemudian dicampur dengan 2,5 kg pasir dan minyak bekas sebelum dicetak menggunakan cetakan khusus.

Dalam prosesnya,sebut dia, botol plastik dilelehkan selama kurang lebih 35 menit sebelum dicampur dengan pasir dan bahan lainnya.

“Hasilnya, 5 kg botol plastik dapat menghasilkan 5 biji paving blok. Apabila jumlah bahan dilipatgandakan, maka hasilnya juga meningkat, misalnya dari 10 kg botol plastik akan dihasilkan 10 biji paving block,”jelasnya..

Ia mengatakan, Proyek ini dikelola oleh tim beranggotakan 8 orang memperoleh bahan baku plastik dari berbagai sumber, termasuk dari TPA dan pengumpul lokal.

Sebagian besar bahan baku tersebut dibeli, sementara sebagian lainnya dikumpulkan dari masyarakat melalui Bank Sampah sebagai bentuk tabungan.

Meski demikian, harga jual paving block masih dalam tahap penyesuaian sesuai dengan harga pasar.

“Kami Bank Plastik berharap adanya kerjasama yang baik dengan pemerintah dan masyarakat dalam mengurangi limbah plastik agar Sulawesi Tengah menjadi lebih bersih dan lingkungan semakin terjaga,” katanya.

Reporter : IKRAM/Editor: NANANG