PALU – Program Learning Management System (LMS) di Sulawesi Tengah masih terkendala dengan masih banyaknya desa blankspot (tidak bisa mengakses internet). Hal itu tersampaikan pada rapat Koordinasi Nasional Learning Management System (LMS) yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa, bertempat di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (14/10).
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik Provinsi Sulawesi Tengah, Sudaryano R. Lamangkona, mengatakan LMS merupakan program terpadu yang sangat baik untuk diterapkan di wilayah pedesaan dan dilaksanakan secara terkoordinasi dan terkolaborasi antara OPD Teknis di Daerah, hingga ke kecamatan dan desa.
Namun, melihat kondisi faktual yang ada, masih banyak wilayah desa di Sulteng yang berstatus blankspot (tidak akses internet), sehingga kesenjangan digital di Sulteng masih tinggi, dan hal tersebut menjadi tantangan tersendiri untuk desa yang belum punya koneksi internet.
Olehnya untuk mendukung pelaksanaan LMS, selain penguatan komunitas internet desa, juga diharapkan agar pembangunan infrastruktur digital di wilayah-wilayah blankspot dapat lebih ditingkatkan.
“Program LMS ini searah dengan semangat transformasi digital dengan sasaran wilayah pedesaan. Tentunya disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat, utamanya ketersediaan jaringan internet dan sistem pengelolaan internet yang ada di desa. Semoga program ini bisa membangun semangat kolaborasi yang baik, seperti ekosistem digital yang sudah terbangun di Desa Ngata Toro, Kulawi, Kabupaten Sigi,” ujar Sudaryano.
Sementara itu, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa, Kementerian Dalam Negeri Ahmad Bolombo mengatakan bahwa LMS adalah metode baru pembelajaran bagi pemerintahan desa dan masyarakatnya. LMS merupakan sistem belajar yang dapat dilakukan kapan dan dari mana saja, karena proses belajarnya berbasis digital.
“Jadikan desa itu menjadi tempat yang menarik dan nyaman untuk dijadikan tempat tinggal. Jika desa sudah menjadi tempat yang nyaman, maka tidak ada lagi orang yang berniat pindah atau meninggalkan desanya untuk pergi ke kota,” kata Ahmad.
Ahmad Balombo mengajak seluruh peserta membangun kolaborasi untuk bersama memajukan desa. Jangan ada yang masih mempertahankan ego sektoral dan merasa paling penting. Semua punya kepentingan yang sama dalam membangun desa.
“Di penghujung peralihan pemerintahan, semoga program ini menjadi legacy untuk kita semua. Kami mengundang Kepala Daerah dan Pimpinan Perangkat Daerah, tujuannya adalah untuk membangun sinergi, membangun kolaborasi. Mari kita kolaborasi,” ujar Ahmad Balombo.
Mengakhiri sambutannya, Dirjen Pemdes itu mengajak agar Dinas Teknis di Daerah dapat membangun kolaborasi hingga ke Tingkat Desa. Lakukan pemetaan wilayah-wilayah yang masih berstatus blankspot, termasuk di wilayah pulau dan pegunungan. Bangun ekosistem digital masuk Desa dengan model pembelajaran berbasis platform digital.
Reporter: IRMA
Editor: NANANG