Suatu hari Nabi Khidir AS bermimpi diperintah Allah SWT untuk pergi berjalan ke barat. Selama perjalanan, ia diperintahkan untuk melaksanakan lima hal, yakni memakan apa yang dihadapi dalam perjalanan tersebut, menyembunyikan apa yang ditemui, menerima yang akan mendatangi, tidak boleh mengecewakan yang mendatangi, dan harus lari dari yang menemui.
Singkat cerita, Nabi Khidir berjalan ke arah sesuai perintah Allah. Setelah cukup lama menempuh perjalanan, Nabi Khidir melihat dan menghadapi sebuah bukit. Ia pun merasa bingung atas apa yang ditemuinya.
Meski demikian, Nabi Khidir menebalkan tekadnya serta mengum pul kan keyakinannya serta akhirnya berucap, “Aku telah mendapatkan perintah agar memakan apa yang dilihat atau dihadapi dalam perjalan an, tetapi ini benar-benar mustahil.”
Nabi Khidir terus berjalan ke arah bukit tersebut sehingga terciptalah keajaiban. Bukit yang ada di hadap annya mengecil sampai seukuran roti sehingga ia dapat memungut dan memakannya.
Kemudian, Nabi Khidir melanjut kan perjalanannya, lalu menemukan sebuah mangkuk emas. Dalam perintah kedua, beliau disuruh untuk menyembunyikan benda tersebut, sehingga ia langsung menggali tanah untuk melaksanakannya. Namun, keanehan terjadi, mangkuk itu terus menerus kembali ke permukaan. Akhirnya, beliau menyerah dan tidak menghiraukannya lagi.
Ketika ia sedang berjalan, tiba-tiba ia melihat seekor burung elang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian burung kecil yang terlihat kelelahan itu menghampiri Nabi Khidir dan berkata. “Wahai Nabi Allah, tolonglah aku,” pintanya dengan napas tersengal-sengal.
Mendengar permintaan burung yang memelas itu. Nabi Khidir pun langsung meraih burung itu dan masukkan ke dalam bajunya agar tidak diterkam burung elang yang sedang lapar itu.
Namun burung elang mengetahui kalau mangsanya telah disumbunyikan oleh Sang Nabi. Elang pun datang menghampiri Nabi Khidir dan berkata, “Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku.”
Karena dua-duanya membutuhkan pertolongannya, Nabi Khidir pun sempat kebingungan. Namun ia teringat pesan dan arahan keempat yang muncul dari mimpinya, yaitu hendaknya ia tidak memutuskan harapan.
Akhirnya ia membuat keputusan untuk mengambil pedang lalu memotong sedikit daging pahanya dan diberikan kepada elang itu. Setelah mendapat daging itu, elang pun terbang dan burung kecil tadi dan melepaskannya ke alam bebas.
Usai kejadian itu, Nabi Khidir meneruskan perjalannya. Tidak lama kemudian ia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya. Ia pun bergegas lari dari situ karena tidak tahan menghirup aroma yang sangat menyengat itu.
Setelah menemui kelima-lima peristiwa itu, Nabi Khidir pulang ke rumahnya. Pada malam itu, Nabi Khidir pun berdoa. Dalam doanya ia berkata, “Ya Allah, aku telah pun melaksanakan sebagaimana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku arti semuanya ini,” katanya dalam doanya di malam hari.
Tidak lama setelah berdoa Nabi tertidur dan kembali bermimpi. Dalam kesempatan mimpi kali ini, ia mendapatkan jawaban atas keseluruhan perintah yang ditujukan kepadanya itu.
“Yang pertama engkau makan itu ialah marah. Pada mulanya tampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis dari pada madu.
Kedua, semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan tampak juga. Ketiga; jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya.
Keempat jika orang meminta kepadamu, berusahalah membantunya, meski sejatinya engkau tengah ada suatu kepentingan. Kelima, bau yang busuk itu ialah ghibah atau menceritakan hal seseorang. “Maka larilah dari orang orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah,” kata Allah. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)