Lebaran Mandura Penuh Filosofi, Inspirasi Pemuda Kampung Baru

oleh -
Mandura diarak oleh pemuda anak kampung baru pada perayaan Lebaran Mandura, di Kampung Baru, Ahad (8/5). FOTO: MAL/IKRAM

PALU- Lebaran mandura pagelaran tahunan warga kampung baru, Kota Palu, diselenggarakan sepekan usai lebaran Idul Fitri. Lebaran mandura kini tidak terasa masuk ke tujuh kalinya, berlangsung di Masjid Jami, Kampung Baru, Kota Palu. Kali ini digelar dari Ahad sampai pada Selasa (8-10/5).

Lebaran mandura dilaksanakan setelah terlebih dulu melaksanakan puasa Syawal. Mandura sendiri merupakan makanan khas suku Kaili terbuat dari beras ketan disajikan setiap lebaran Idul Fitri dan jadi makanan bawaan jemaah Palu, ketika dulu melaksanakan ibadah haji di tanah suci Mekah, sebab tahan lama, tidak mudah navai (basi, kaili red).

Ketua adat Kampung Baru , Ustad Husen Saleh mengatakan, mandura memiliki filosofi pada saat Abdul Raqi atau Datu Karama datang ke Palu menyiarkan agama Islam 1612 Masehi dan mendatangi beberapa raja di antaranya, Pue Ngari (Besusu), Pue Njidi (Kabonena), Pue Bongo (Kampung Lere), dirangkul masuk agama Islam. Lalu munculah makanan Mandura.

Ia mengatakan, Pue Inggari menjadi magau (raja), dari baligau- baligau disebut Patanggota diantaranya Kampung Baru (Boyantongo), Kampung Lere ( Pangavia), Kamonji (Siranindi) dan Besusu melambangkan empat mandura besar dan setiap mandura memilik bobot 1, 5 kilogram.

BACA JUGA :  Bakal Calon Bupati Morowali Iksan Ziarah di Makam Habib Idrus bin Salim Aljufri, di Palu

Mandura terbuat dari beras ketan tiga warna memberi makna , merah berani mengakkan kebenaran dan mampu mengakui kesalahan. Dan saat lebaran seperti inilah kita saling merangkul untuk saling memaafkan.

Lalu putih, suci bersih hati kita ikhlas, sehingga apapun kesalahan, kitapun secara ikhlas saling memaafkan. Dan warna hitam menunjukkan adalah simbol keadilan dan kejujuran.

“Itulah filosofi orang-orang tua kita dulu,” pungkasnya.

Seiring waktu dan perkembangan zaman pembuat mandura bisa dihitung. Hal inilah menjadi salahsatu pertimbangan dan alasan diadakannya kegiatan lebaran mandura. Berangkat dari hal tersebut dan inspirasi dari berbagai pihak, utamanya dari AKAMBA (Anak-anak Kampung Baru), beberapa tahun belakangan lebaran mandura dirangkai dengan Kampung Baru Fair, dengan beragam jenis kegiatan religi, seni, budaya dan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

BACA JUGA :  Kakanwil Kemenag Sulteng Lepas Duta Porsadinas ke Lampung

Kampung Baru Fair sendiri sebagai ajang perekat silaturahmi lintas generasi AKAMBA terserak dengan segala potensi serta profesi dimiliki, seperti terlihat Kampung Baru Fair kali ini turut hadir mantan Gubernur Sulteng Longki Djanggola, Tenaga ahli Gubernur Sulteng Moh.Ridha Saleh, Bupati Sigi Moh.Irwan Lapata, Wakil Walikota Palu Renny Lamadjido, Sekretaris Daerah Kota Palu Irmayanti Pettalolo, mereka bagian dari masyarakat Kampung Baru.

Mengambil heritage Toko Nadoly sebagai latar belakang, satu panggung pertunjukan dukungan dari pemerintah Kota Palu berdiri megah dalam Kampung Baru Fair berlangsung selama tiga malam mulai Ahad (8/5) sampai dengan Selasa (10/5).

Salahsatu tokoh muda Kampung Baru Moh. Ridha. Saleh mengatakan, ini satu ivent organik, tumbuh dari aspirasi masyarakat Kota Palu, khususnya warga Kampung Baru.

” Kampung Baru Fair ini bukan hanya sekadar ivent budaya , tapi bisa memberikan dampak ekonomi bagi akar rumput,” kata Edang panggilan akrabnya.

BACA JUGA :  Pemda Sigi Berangkatkan 16 Calon Mahasiswa Kuliah ke Al-Ahgaff Yaman

Wakil Walikota Palu dr Reny Lamadjido membuka secara resmi Kampung Baru Fair dalam kesempatan tersebut Reny menyampaikan lebaran Mandura ini dapat menjaga tali silaturahim antar warga khususnya warga Kelurahan Baru dan umumnya warga Kota Palu.

“Alhamdulillah dengan segala keterbatasan, Lebaran Mandura ini dapat terselenggara,” ungkap Ketua Panitia, Hardi dalam sambutannya, Ahad (8/5) .

Menurutnya, kegiatan ini terselenggara atas keterlibatan seluruh pihak, mulai dari warga Kelurahan Baru, pengurus Masjid Jami dan Pemerintah Kota Palu

Pemerintah Kota Palu juga mengapresiasi pihak warga Kelurahan Baru yang telah menggelar Lebaran Mandura setelah sebelumnya selama dua tahun hanya digelar sederhana karena pandemi COVID-19.

“Kita tidak bisa dapatkan tradisi ini di daerah lain. Mungkin ada tapi rasanya beda. Dengan kegiatan ini semoga silaturahim di antara kita semua terjaga dengan baik,” imbuhnya.

Reporter: IKRAM
Editor: NANANG