Kelahiran Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam (SAW) merupakan peristiwa agung yang mengubah arah sejarah manusia. Beliau hadir di tengah kondisi dunia yang kelam.

Saat itu, manusia tenggelam dalam penyembahan berhala, perbudakan, penindasan terhadap kaum lemah, serta hilangnya nilai-nilai kemanusiaan.

Allah Subhanahu Wa Taala (SWT) mengutus Rasulullah sebagai rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana firman-Nya:

“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
(QS. Al-Anbiya: 107)

Kelahiran beliau merupakan cahaya yang memecah kegelapan zaman. Allah menggambarkan kehadiran Rasulullah sebagai “nur”, cahaya yang menuntun umat manusia menuju jalan kebenaran.

Dalam Al-Qur’an disebutkan: “Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang menerangkan.” (QS. Al-Maidah: 15)

Para ulama menafsirkan bahwa cahaya itu adalah Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam (SAW), pembawa risalah yang menerangi dunia dengan tauhid dan akhlak mulia.

Perjalanan hidup beliau sejak lahir telah memberikan pelajaran mendalam. Rasulullah lahir sebagai seorang yatim, lalu tumbuh dalam asuhan penuh kasih sayang dari kakek dan pamannya.

Dari sini umat manusia diajarkan bahwa kemuliaan tidak ditentukan oleh harta atau garis keturunan, melainkan oleh ketakwaan kepada Allah.

Bahkan dalam sabdanya beliau menegaskan: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi).

Kehadiran Nabi adalah teladan kasih sayang, baik dalam rumah tangga maupun dalam masyarakat luas.

Kelahirannya pun mengandung isyarat besar. Beliau lahir pada tahun gajah, tahun di mana Abrahah berusaha menghancurkan Ka’bah. Namun Allah menjaga rumah suci-Nya dengan mengirim burung ababil.

Peristiwa itu memberi pesan bahwa sejak awal, kelahiran Nabi Muhammad adalah bagian dari penjagaan Allah terhadap agama tauhid, dan bahwa cahaya kebenaran akan selalu menang meski dihadang oleh berbagai rintangan.

Lebih jauh, kelahiran Rasulullah juga membawa misi persatuan dan keadilan. Beliau datang untuk menghapus perbedaan berdasarkan suku, warna kulit, maupun status sosial.

Dalam khutbah terakhirnya, beliau menegaskan: “Wahai manusia, sesungguhnya Tuhanmu satu, bapakmu satu. Tidak ada keutamaan orang Arab atas non-Arab, dan non-Arab atas Arab; tidak pula orang berkulit putih atas yang hitam, atau yang hitam atas yang putih, kecuali dengan takwa.” (HR. Ahmad).

Inilah pesan universal yang lahir bersama beliau, bahwa kemuliaan hanya diukur dengan ketakwaan, bukan oleh hal-hal duniawi.

Maka, kelahiran Nabi Muhammad bukan hanya sekadar peristiwa sejarah, melainkan anugerah besar dari Allah untuk seluruh umat manusia.

Beliau datang membawa ajaran tauhid, menebarkan kasih sayang, mengajarkan kesabaran, menegakkan persatuan, serta memperjuangkan keadilan. Semua itu adalah rahmat yang abadi, yang bisa kita rasakan hingga hari ini.

Karenanya, sebagai umat Islam, kita patut mensyukuri nikmat besar ini dengan memperbanyak shalawat dan berusaha meneladani akhlak beliau. Allah sendiri memerintahkan:

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)

Dengan begitu, kita tidak hanya memperingati kelahiran Nabi sebagai sebuah peristiwa sejarah, tetapi juga menjadikannya sebagai momentum untuk memperbarui cinta dan ketaatan kita kepadanya, serta meneguhkan langkah kita meneladani akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a’lam

RIFAY (REDAKTUR MEDIA ALKHAIRAAT)