Edang, sapaan akrabnya juga menyampaikan mengapa kawasan tersebut sangat tepat menjadi KPN, dalam rangka menyambut berdirinya Ibu Kota Negara (IKN) yang baru di Kalimantan Timur.
Dari sisi jarak, kata dia, dari Talaga ke Kalimantan hanya sejauh 121 kilometer (km) melalui laut, lebih dekat dibanding Palu ke Talaga yang ditempuh melalui rute darat sejauh 130 km.
“Kawasan ini diusulkan menjadi kawasan pangan plus plus plus, karena tidak hanya dimanfaatkan untuk pangan, tetapi ada danau dan pantai. Pantai dan laut tidak akan diganggu walaupun nantinya semua akan terintegrasi,” terangnya.
Saat ini, lanjut dia, kawasan tersebut telah dibuka kurang lebih 20 hektar. Untuk kondisi existing, sudah terhampar jalan yang menjadi akses utama menuju titik nol KPN yang dibangun oleh pemerintah, dalam hal ini Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang.
Sebelumnya, kata dia, waktu tempuh dari desa menuju ke kawasan bisa mencapai 2,5 jam. Namun dengan terbukanya jalan, maka saat ini waktunya hanya berkisar 15 – 20 menit.
Di kawasan tersebut, lanjut dia, juga telah tersedia instalasi air yang setiap sumurnya menghasilkan 2 kubik per detik. Selain itu, nantinya akan dibangun embung (penampung air), instalasi listrik yang menggunakan PLTS atau tenaga surya.
Ia juga menyampaikan hal penting lainnya dari pembangunan project tersebut. Ia mengatakan, di dalam kawasan itu yang efektif adalah seluas 800 hektar lebih, setelah dikurangi untuk lahan konservasi dan lainnya, maka 400 hektar sisanya akan dibagikan dan disertifikasi untuk masyarakat atau redistribusi.
Terkait sarana dalam kawasan, site plan KPN telah mencantumkan kawasan konservasi seluas 9,14 persen, ruang terbuka hijau seluas 3,87 persen, fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos).
“Mengitari kawasan, juga disediakan buffer zone sepanjang 100 meter antara kawasan dengan laut. Ini akan lain sendiri dengan kawasan-kawasan pangan yang lain,” tuturnya.
Mantan komisioner Komnas-HAM RI itu juga menyampaikan kaitan project tersebut dengan Program Smart Village Gubernur Sulteng.
“Jadi terkait digitalisasi desa, saat ini sudah ada sebanyak 20 desa untuk tahap pertama yang dikerjasamakan dengan ICON+. Yang sudah terealisasi sudah sebanyak enam desa. Insya Allah yang ketujuh adalah Talaga,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, saat ini sudah ada perusahaan yang meninjau dan sudah bersedia menamam dalam kawasan bekerja sama dengan masyarakat, yaitu PT Parna Raya dan Indofood.
“Terkait tenaga kerja, sesuai hitungan bisnisnya, dalam satu hektar itu bisa sampai 300 orang. Belum lagi yang akan mengurus gudang, alat pertanian dan lainnya, akan banyak tenaga kerja yang diserap. Nantinya, pekerja atau petani akan diorganisir dengan koperasi,” tandasnya.