Sembilan Dzulhijjah puncak prosesi ibadah haji. Enam juta lebih umat Islam berkumpul di padang Arafah. Kemudian mereka beriringan mabit di muzdalifah, melempar Jumroh di Mina dan seterusnya hingga berakhir tahallul (10 Dzulhijjah).
Setelahnya, 10 sampai 13 Dzulhijjah, umat Islam di seluruh penjuru dunia selain di Mekkah merayakan hari yang agung itu, Idul Adha atau hari raya kurban.
Dalam menyambut Idul Adha itu, mestinya kita harus lebih serius mempersiapkan diri untuk bisa menyembelih hewan kurban di hari-hari di mana kita dilarang shaum, di hari raya dan hari tasyrik, yakni tanggal 10,11,12 dan 13 Dzulhijjah.
Tidak ada amalan yang paling baik dan paling utama untuk dilakukan seorang hamba di hari raya Idul Adha, kecuali menyembelih hewan kurban.
Ini sesuai hadist Rasulullah Saw dalam riwayat Tirmidzi. Maka niatkan dan persiapkan diri kita untuk bisa menyembelih kurban setiap kali datang hari raya Iedul Adha, meski secara ekonomi kita tidak berlimpah. Allah Maha tahu, Allah maha pemurah. Allah akan melihat kesungguhan ikhtiar hamba-hamba-Nya.
Kita respek dan kagum bagi orang tak berada atau miskin tapi tetap berkurban. Mereka mengumpulkan rupiah demi rupiah setiap saat, semoga menjadi saksi kesungguhan dan kontinyunya amal kita. Semoga menjadi bagian amal yang dicintai Allah Swt.
Bagi sebagian saudara kita yang sudah berlimpah harta, mungkin tanpa menyisihkan tabungan khusus kurban pun, sudah sangat mudah untuk mengambil sebagian hartanya untuk kurban, manakala hati penuh dengan ketaatan.
Di sisi lain, sebagian mereka, boleh jadi begitu berat menyisihkan sebagian hartanya untuk menyembelih hewan kurban. Padahal Allah hanya menuntut kita memotong sebagian harta kita. Dengan kata lain, Allah tidak menuntut kita untuk memotong dan mengorbankan anak kita, sebagaimana yang diperintahkan kepada Nabi Ibrahim as, bapaknya para Nabi.
Allah ingin melihat sejauh mana ketaatan kita. Allah ingin melihat sejauh mana jiwa pengorbanan kita. Allah ingin melihat sejauh mana kita kepada-Nya, apakah terkalahkan oleh cinta kita kepada harta. Allah ingin melihat adakah syukur kita pada-Nya, atas semua karunia-Nya kepada kita.
Ya… Allah ingin melihat bukti iman, cinta dan ketaatan kita. Dan Allah tidak membutuhkan darah dan daging hewan kurban kita. Allah maha Kaya.
Renungkan kembali firman Allah swt di dalam surat Al Hajj ayat 37 yang artinya : “ Daging kurban dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada–NYA adalah ketakwaan kamu. Demikianlah, Dia menundukkannya untuk kamu, agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. “
Kurban juga menjadi simbol ketaatan kita untuk menyembelih/mematikan/menyingkirkan seluruh sifat kebinatangan yang ada pada diri kita. Sifat serakah, sifat semena-mena tak peduli dengan milik orang lain, sifat dungu, tak peduli dan tak mau mendengar nasehat, ingin menang sendiri, dan sifat lain yang bisa menjerumuskan manusia ke dalam neraka jahanam.
“Dan sungguh, akan Kami isi neraka jahannam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah, dan mereka memiliki mata, tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah , dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang -orang yang lengah.” (QS Al-A’raf: 179.)
Orang-orang yang tidak mau taat kepada perintah Allah dan lebih memilih mengikuti hawa nafsunya, kedudukannya bahkan bisa lebih rendah dari binatang ternak. Lebih hina dari kebodohan dan kedunguan serta keserakahan binatang ternak.
Derajatnya di sisi Allah turun drastis, meskipun di hadapan manusia boleh jadi derajatnya meningkat, mungkin karena pangkat dan jabatannya atau mungkin karena hartanya.
Begitulah kurban menjadi puncak kepasrahan iman seorang hamba. Dimana keteguhan iman seseorang akan terlihat pada seberapa besar pengorbanan dan kepasrahan yang ia berikan, seberapa banyak ia memberi, seberapa banyak ia meneteskan keringat, dan puncak dari segalanya adalah menyerahkan harta dan jiwa sebagai persembahan total kepada Allah SWT.
Ismail as hanyalah simbol dari segala yang dimiliki dan dicintai oleh Ibrahim AS dalam hidup ini. Demikian pula kita. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)