PARIMO – Populasi warga digital makin membludak. Teknologi digital membuat netizen alias warganet makin multi-keperluan dengan beragam akvitas interaksi sosial. Penghuni digital kita memang berjubel layaknya dunia nyata. Mengutip data Hootsuite (We Are Social) 2024, tercatat sebanyak 212,9 juta warga Indonesia mengakses internet atau sekitar 77 persen dari total populasi.
Mengingat besarnya pengakses internet, di mana mayoritas adalah pengguna media sosial (167 juta/60,4 persen total populasi), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah akan menggelar webinar literasi digital. Forum berbagi pengetahuan secara virtual untuk segmen pendidikan di Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, itu akan digelar Rabu (6/3) pagi, mulai pukul 08.00 WITA.
Mengupas topik ”Bebas namun Terbatas: Berekspresi di Media Sosial”, webinar akan menghadirkan tiga narasumber. Mereka adalah Jawara Internet Sehat Adriyan Dwi Perkasa, yang mengupas topik dari perspektif etika digital. Lalu, Wakil Ketua Relawan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia Eko Prasetya dari sisi budaya digital; dan praktisi komunikasi Andi Widya Syadzwina dari sudut keamanan digital. Webinar dipandu oleh moderator Ikbal Tanjung.
”Webinar melalui aplikasi Zoom Meeting ini dapat diikuti gratis dengan cara mengisi link registrasi peserta di https://s.id/pendaftaranparigi0603. Selain mendapat e-sertifikat, panitia juga menyediakan hadiah e-money sebesar Rp 1.000.000.- untuk 10 peserta yang beruntung,” tulis Kemenkominfo dalam rilisnya kepada awak media, Selasa (5/3).
Terkait tema diskusi, Kemenkominfo menegaskan, dengan jari, kita bisa berinteraksi bisnis, berkomunikasi, berkarya, dan bisa melakukan apa saja, termasuk di media sosial. Bebas, seolah tanpa batas. ”Namun, tetap ada etika dan tata krama yang mesti dihormati. Kalau dilanggar, warganet bisa dicap tidak sopan. Seperti pernah terjadi pada 2020, saat survei Microsoft menempatkan warganet Indonesia paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Kesan itu mesti distop dan dipulihkan citranya,” terang Kemenkominfo.
Batasan-batasan dan tata krama saat berinteraksi di media sosial mesti dipatuhi, lanjut Kemenkominfo, agar semua warganet merasa nyaman. ”Warganet harus dilatih menahan diri untuk tidak sembarang menebar kebencian dan mengirim serangan kata-kata atau gambar tak senonoh yang bisa mengundang kebencian,” urai Kemenkominfo.
Untuk diketahui, webinar untuk segmen pendidikan seperti digelar di Kab. Parigi Moutong, merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang dihelat sejak 2017. Tahun ini, program #literasidigitalkominfo tersebut mulai digulirkan pada Februari 2024.
Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta. ”Program bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, kreatif, produktif, dan aman,” tambah Kemenkominfo.
Kecakapan digital menjadi penting, karena menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tingkat penetrasi internet Indonesia pada 2024 telah menyentuh angka 79,5 persen.
Dibandingkan periode sebelumnya, ada peningkatan 1,4 persen. Terhitung sejak 2018, penetrasi internet Indonesia mencapai 64,8 persen. ”Kemudian naik secara berurutan menjadi 73,7 persen pada 2020, 77,01 persen pada 2022, dan 78,19 persen pada 2023,” tulis Kemenkominfo.
Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo. *