PALU –  Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng),  Maria Ernawati menyusuri beberapa balai keluarga berencana dan fasilitas kesehatan di Kabupaten Tojo Unauna (Touna), Sabtu 29 Februari, hingga Ahad 1 Maret 2020.  

Dikesempatan itu,  Maria Ernawati berkesempatan, berdialog langsung dengan penyuluh Keluarga Berencana (KB), camat dan kepala desa.

Kunjungan pertama di Touna sejak dilantik Kepala BKKBN Sulteng, Erna menyusuri beberapa desa di Ampana Kota, Ampana Tete, Tojo, dan Tojo Barat. Isu mengenai kasus stunting, pernikahan dini, dan kemiskinan mengemuka pada kunjungan tersebut.

Kepada warga, Erna mengatakan core bisnis BKKBN program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (banggakencana) memiliki sasaran utama adalah keluarga. Menurut dia, para penyuluh keluarga berencana dan petugas lapangan keluarga berencana (PKB/PLKB) harus mengetahui hal tersebut.

“PKB/PLKB harus tahu semua persoalan di wilayah masing-masing. Penyuluh harus mempunyai data dan melakukan analisa data, serta berkoordinasi dengan pemerintah setempat. Penyuluh harus tahu program prioritas pemerintah di wilayahnya,” ucapnya.

Dalam hal keterbatasan jumlah penyuluh dan wilayah pekerjaan yang luas, Erna menyarakan, agar penyuluh KB mengedapankan sistem manajerial. Antara lain, berupaya meningkatkan kompetensi kader-kader KB didesa atau kecamatan, sehingga penyuluh tidak kesulitan melakukan pembinaan kepada masyarakat.

“BKKBN mempunyai 352 penyuluh di Sulawesi Tengah untuk melayani 175 kecamatan dan 2.017 desa/kelurahan. Itu artinya, satu penyuluh KB melayani 5 sampai 6 desa,” katanya.

Erna menambahkan bahwa melalui program banggakencana, BKKBN menekankan pentingnya sebuah perencanaan keluarga, agar isu stunting, pernikahan dini, dan kemiskinan dapat dicegah.

Kata dia, khusus untuk penanganan pernikahan dini, BKKBN menggalakkan program generasi berencana (GenRe), yang dikembangkan melalui pusat informasi dan konseling remaja (PIK R) dan bina keluarga remaja (BKR). Sedangkan penanganan stunting melalui program Bina Keluarga Balita (BKB) dengan menu utama 1000 hari pertama kehidupan.

“BKKBN juga mengukuhkan Ayah dan Bunda GenRe dari tingkat provinsi hingga desa. Harapanya, remaja mempunyai tokoh panutan yang dapat menginspirasi dan memotivasi remaja untuk merencanakan masa depannya,” terangnya.

Camat Ampana Tete, Much. Ichsan Mursali saat melakukan tatap muka bersama PKB/PLKB di Desa Sabo mengatakan, kasus-kasus stunting, pernikahan dini, dan kemiskinan ditemukan di daerahnya. Berbagai inovasi telah dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.

“Kami telah meluncurkan lima inovasi dan akan me-launching dua inovasi untuk mencegah stunting dan mengurangi angka pernikahan dini,” ujarnya.

Sementara, Camat Tojo mengaku, untuk mencegah stunting diwilayahnya, pihaknya memaksimalkan pemanfaatan dana desa, termasuk pembinaan kalangan remaja. (YAMIN)