SALAH satu artefak yang menunjukkan Donggala pernah menjadi kota kolonial, adalah kuburan orang-orang Belanda di Kelurahan Gunung Bale, Kecamatan Banawa. Keberadaan kuburan terabaikan, tak terpeliharan. Beberapa bagian sudah rusak tertimbun rumput, dan penanda nama orang yang dikubur sudah hilang.
Namun, meskipun terabaikan, kuburan itu sering mendapat kunjungan dari mahasiswa dan pencinta sejarah yang melakukan studi atau penelitian. Sayang tidak banyak informasi yang bisa didapatkan sejak banyaknya kubur yang rusak identitasnya.
Kuburan orang Belanda tak jauh dari permukiman penduduk setempat, setiap saat orang lalu-lalang melewati karena di situlah jalan alternatif. Ada tiga kuburan tua yang masih nampak bentuknya dan sejak lama penduduk setempat secara turun-temurun mengenal kuburan orang Belanda. Tempatnya memang agak bersih dibanding kuburan tua di sekitarnya, atau warga sekitar familiar menyebutnya kuburan orang Kristen.
Sekitar kuburan orang Belanda sendiri menjadi tempat anak-anak bermain bola dan di dekatnya terdapat bak air cukup besar yang tak lagi berfungsi.
Menuju ke kompleks kuburan ini mudah dijangkau dan ditemui. Melalui Jalan Jati menuju pusat perkantoran Pemerintah Donggala atau kira-kira pada jarak sekitar 100 meter dari SMP Negeri 1 Banawa. Pada arah kiri jalan begitu terlihat Kuburan Kristen, pada bagian kompleks inilah orang-orang Belanda yang meninggal di Donggala dikuburkan.
Kesaksian beberapa warga sekitar, menyebutkan kuburan yang memiliki prasasti itu pernah memiliki pagar.
“Kuburan itu sudah cukup lama dan kita kenal kuburannya orang Belanda. Puluhan tahun lalu satu di antara kubur itu pernah memiliki pagar dan peneduhnya, namun kemudian rusak. Jadi kita tidak mengetahui nama orang yang dikubur, hanya tahu itu kubur Belanda,” cerita Ilawati (50 tahun) seorang warga yang rumahnya dekat dari kubur tersebut.
Demikian halnya Harman (54 tahun), sejak bermukim di sekitar kuburan itu, sangat familiar mengetahui sebagai kuburan Belanda. Tidak satu pun nama yang diketahui orang Belanda yang dikubur apakah ada pejabat atau orang biasa. Selama tinggal di sana, menurutnya, beberapa kali orang datang mencari informasi mengenai kuburan, biasanya tujuannya untuk penelitian dari mahasiswa.
“Beberapa tahun lalu, salah satu kuburan yang memiliki prasasti yang paling jelas berada di bangian tengah. Namun lama-kelamaan, pahatan prasasti sudah hilang mungkin ada yang cungkil,” kata Harman beberapa waktu lalu.
Berdasarkan hasil penelusuran penulis dan pendokumentasian, kuburan yang paling sering dikunjungi peneliti adalah Willem van Den Berg.
Willem adalah seorang kapten kapal Belanda yang meninggal saat berlabuh di Donggala tahun 1930. Lahir Utrecht 1 Februari 1887.
Diprasasti kuburan tertulis KONINKLIJKE PAKETVAART MAATSCHAPPIJ (KPM). Menunjukkan kuburan itu adalah pejabat penting sebagai kapten kapal kolonial KPM, perusahan pelayaran pemerintah Belanda yang sangat strategis dan mesti dipegang orang yang memiliki jabatan penting.
Keberadaan kuburan orang Belanda di Donggala kian menguatkan bukti sejarah kalau kolonial di kota tua cukup lama eksis.
Penulis : Jamrin AB