Kredit Macet di Sulteng Juli 2023 Sebesar 1,85 Persen, Masih Dibawah Ambang Batas

oleh -
Kepala KPw BI Sulteng, Dwiyanto Cahyo Sumirat (kiri) bersama Deputi Kepala Perwakilan BI Sulteng, Miko Bayu Aji, saat memaparkan proyeksi ekonomi Sulteng TW III Tahun 2023, pada kegiatan capacity building, di Balikpapan, Senin (29/08). (FOTO: media.alkhairaat.id/Rifay)

BALIKPAPAN – Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet di Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Juli 2023 tercatat sebesar 1,85%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya.

Meski demikian, NPL tersebut masih berada di bawah ambang batas atau threshold 5%. Kondisi ini masih sejalan dengan NPL secara umum, NPL per jenis penggunaan juga masih terjaga di bawah 3%.

Hal ini dikatakan Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulteng, Dwiyanto Cahyo Sumirat, pada kegiatan capacity buliding wartawan, di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (29/08).

Ia mengatakan, mayoritas lapangan usaha utama di Sulteng memiliki kualitas kredit yang baik, diindikasikan dengan tingkat NPL yang masih berada di bawah threshold atau kurang dari 5 %.

“Namun demikian, NPL sektor konstruksi sudah mencapai 18,5% karena beberapa permasalahan terkait dengan mekanisme pembayaran proyek berbasis kontrak yang sempat terkendala sejak tahun 2022,” ungkap Anto, sapaan akrabnya, didampingi Deputi Kepala Perwakilan BI Sulteng, Miko Bayu Aji.

Lebih lanjut ia mengatakan, hingga Juli 2023, perkembangan kredit di Sulteng mayoritas berada pada sektor perdagangan yakni sebesar 37,88%.

Sementara itu, kata dia, perkembangan kredit di Sulteng sesuai lokasi bank, tercatat sebesar Rp45,10 triliun atau meningkat menjadi 10,13% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 9,50 % (yoy).

“Berdasarkan jenis penggunaan, pangsa kredit di Sulteng didominasi oleh Kredit Konsumsi (KK) sebesar 47,3 persen, disusul oleh Kredit Modal Kerja (KMK) sebesar 42,1% persen dan Kredit Investasi (KI) sebesar 10,6 persen,” katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, Dana Pihak Ketiga (DPK) hingga Juli 2023 tercatat sebesar Rp32,73 triliun, tumbuh sebesar 20,65% (yoy), setelah triwulan sebelumnya tumbuh 8,10 % yoy.

“Pertumbuhan DPK didorong dengan peningkatan outstanding Giro sebesar 40 persen (yoy), Deposito sebesar 23 persen (yoy) dan tabungan sebesar 13 persen (yoy). DPK di Sulteng menurut jenis produknya masih didominasi oleh Tabungan sebesar (56,13 persen, diikuti Giro 25,19 persen dan Deposito sebesar 18,68 persen,” urainya.

Sementara itu, kata dia, penggunaan instrumen pembayaran nontunai, terutama QRIS meningkat cukup pesat. Hal ini menjadi peluang terhadap perluasan digitalisasi sistem pembayaran di Sulteng sebagai upaya mewujudkan sistem keuangan yang lebih inklusif.

Pada Juni 2023, kata dia, jumlah merchant yang sudah menggunakan QRIS adalah sebanyak 162.025 atau sebesar 23,69% (yoy). Sementara masyarakat yang bertransaksi menggunakan QRIS adalah sebanyak 166.738 atau 192,18% (yoy).

“Volume dan transaksi kartu debit mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, meski secara tren masih tetap tinggi dibandingkan data 2021,” ujarnya.

Sementara itu, volume dan transaksi uang elektronik Mei 2023 tumbuh melambat dibandingkan tahun lalu, meski masih lebih tinggi dibandingkan 2021. (RIFAY)