PALU – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dalam hal ini Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih (Sosdiklih) dan Partisipasi Masyarakat (Parmas) menggelar kegiatan goes to school di SMA Negeri Madani Palu, Selasa (04/10).
Kegiatan tersebut dalam rangka memenuhi target 78 persen partisipasi pemilih pada Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 2024 mendatang.
“Kita punya investasi electoral pada Pemilu 2019 sebesar 83,90 persen. Maka kami optimis bahwa pemilu 2024 target 78 persen dapat terpenuhi,” kata Ketua Divisi Sosdiklih dan Parmas KPU Sulteng, Dr Sahran Raden, usai kegiatan.
Kata dia, salah satu penyumbang tingkat partisipasi pemilih di 2024 adalah jumlah pemilih pemula yang signifikan. Olehnya, pemilih pemula itu menjadi sasaran KPU dalam melakukan sosialisasi dan pendidikan pemilih.
Ia menjelaskan, pemilih pemula dikategorikan dalam kelompok generasi Z, yakni berusia 17 sampai 24 tahun. Rata-rata mereka baru pertama kali memilih pada pemilu 2024 nanti.
“Jumlah mereka banyak, yaitu sebesar 35 persen dari total 2.039.701 pemilih dalam Daftar Pemilih Berkelanjutan di Sulteng,” ungkap Sahran.
Menurutnya, memberikan literasi kepada pemilih pemula adalah salah satu tantangan KPU Sulteng karena mereka yang cenderung apatis terhadap politik dan pemilu.
“Mereka menganggap politik adalah sesuatu yang ribet, kotor dan tidak mau terlibat. Namun demikian, meskipun apatis terhadap politik, mereka masih punya keinginan untuk memilih,” ujarnya.
Dalam menghadapi pemilih pemula yang apatis itu, lanjut dia, pihaknya terus memberikan literasi berupa pengetahuan tentang pemilu dan tahapan pemilu yang sedang dilaksanakan oleh KPU Sultemg.
“Kita terus mengedukasi agar mereka tertarik pada politik dan bisa menyuarakan hak konstitusionalnya pada pemilu 2024,” tambahnya.
Ia menganalogikan pemilu (pemilihan presiden/wapres dan anggota DPR) dengan memilih Ketua OSIS yang berasal dari perwakilan kelas.
“Di sana ada peserta pemilu, ada pemilih dan ada penyelenggara pemilihannya serta ada surat suara sebagai logistic pemilu. Analogi ini sebenarnya mengisyaratkan bahwa para pemilih pemula telah melakukan pembelajaran demokrasi di sekolah. Maka yang penting adalah KPU Sulteng memberikan nilai filosofi dan konstitusionalnya,” terangnya.
KPU, kata dia, memetakan kluster pendidikan pemilih secara geografis, umur, gender. Selanjutnya kluster konvesional maupun kluster daerah tingkat partisipasi rendah, daerah rawan bencana, daearah rawan konflik, daerah potensi pelanggaran tinggi.
“Ini semua bagian dari strategi kami untuk meningkatkan partisipasi,” pungkasnya. (RIFAY)