SIGI – Tepat tiga bulan pasca terjadinya bencana alam yang meluluhlantakkan berbagai titik di tiga Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) termasuk Kabupaten Sigi.

Bencana alam berupa gempa dan Likuifaksi mengakibatkan banyak kerusakan dan hal ini berdampak kerugian baik secara material ataupun inmaterial yang sangat parah dalam kehidupan masyarakat khususnya masyarakat yang ada di pedesaan.

Wilayah Kabupaten Sigi sendiri sekitar 80 persen kantor-kantor pemerintahan mengalami kerusakan parah, sehingga sempat hampir melumpuhkan aktifitas pemerintahan saat itu. Demikian halnya bagi masyarakatnya.

Melihat situasi dan kondisi hidup masyarakat pasca bencana itu, khususnya di Kabupaten Sigi. Kelompok Perjuangan Kesetaraan Perempuan Sulawesi Tengah (KPKP-ST) bersama-sama Pemerintah Kabupaten melakukan berbagai upaya menyalurkan bantuan di sejumlah titik, dengan membuka saluran ekonomi alternatif  sesuai dengan potensi sumber daya alam yang ada di Desa masing-masing, agar masyarakat dapat segera bangkit dan pulih secara bersama-sama bergotong royong dan kembali melanjutkan kehidupannya.

Hal itu disampaikan, Eva Susanti Bande, di sela-sela kegiatan serah terima bantuan alat produksi usaha ekonomi alternatif bagi kelompok-kelompok usaha perempuan yang berasal dari empat desa, yakni Desa Rarampadende, Desa Bobo,  Desa Balumpewa Kecamatan Dolo Barat dan Desa  Jono Kecamatan Dolo Selatan, di Kantor Kecamatan Dolo Barat, Jum’at (28/12).

Kata Eva, usaha pengolahan minyak goreng kelapa dalam atau biasa di sebut minyak goreng kelapa kampung, yang berasal dari Desa Rarampadende dan Jono merupakan usaha turun temurun yang diolah secara manual oleh masyarakat selama ini, baik untuk dikonsumsi sendiri ataupun untuk dijual secukupnya. Karena tidak punya alat produksi yang bisa membantu proses pengelohan dalam kapasitas yang lebih banyak dan lebih cepat juga dalam kemasan yang lebih bagus, sehingga masih kalah bersaing dengan minyak goreng kemasan yang selama ini didapatkan di pasaran ataupun di mini market.

“Dengan bahan baku kelapa dalam yang masih berlimpah ada di desa, bisa dikembangkan lebih maju lagi dengan adanya bantuan alat produksi tentunya. Demikian halnya dengan jenis usaha dodol daging kelapa muda yang berasal dari Desa Balumpewa,” Ujar aktivis perempuan baru-baru ini mendapatkan penghargaan dari Yap Thiam Hien Award 2018 itu.

Ditambahkannya,  dalam kegiatan pendampingan usaha ekonomi pasca bencana alam di Kabupaten Sigi, merupakan salasatu aktivitas organisasi dalam upaya mendorong masyarakat korban bencana alam, untuk saling bergotong royong  kembali bangkit memulihkan, dan membangun usaha ekonomi alternatif yang dikelolah secara kolektif,  yang disesuaikan dengan potensi sumber daya alam yang ada dimasing-masing desa.

“Penyerahan bantuan alat-alat produksi usaha kelompok perempuan ini merupakan hasil kerjasama antara KPKP-ST, Yayasan Danamon Peduli dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi,”jelasnya.

Proses penyerahan bantuan itu diserahkan secara langsung oleh  Bupati Sigi,  Irwan Lapata kepada kelompok-kelompok usaha perempuan yang memang sejak lama menjadi wilayah dampingan pengorganisasian KPKP-ST.

Kegiatan ini dihadiri  Kepala Dinas Perindakop, Camat Dolo Barat,  Kepala Desa Jono,  Kepala Desa Rarampadende,  Kepala Desa Bobo, dan Kepala Desa Balumpewa. dan  50an perempuan yang merupakan anggota dari empat kelompok usaha alternative, terdiri dari tiga desa di wilayah Kecamatan Dolo Barat,  yaitu kelompok usaha perempuan yang berasal dari Desa Rarampadende dengan usaha olahan minyak goreng kelapa dalam atau biasa di sebut minyak kelapa kampung, kelompok usaha dari Desa Balumpewa dengan jenis usaha dodol Kelapa muda, dan kelompok usaha kripik pisang dari Desa Bobo serta kelompok usaha perempuan Minyak goreng yang berasal dari Desa Jono Kecamatan Dolo Selatan.

Penyerahan alat-alat produksi usaha ekonomi alternatif ini selanjutnya juga akan dilaksanakan pada tanggal 2 januari 2019 di wilayah Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi, bagi kelompok usaha perempuan yang ada di lima Desa yakni Desa Puro’o, Desa Langko,  Desa Tomado,  Desa Anca dan Desa Olu.  Dengan berbeda-beda seperti anyaman tikar dan Kopi Kemasan.(*)