DONGGALA – Kota Donggala dengan pelabuhan lautnya diusulkan menjadi bagian jalur rempah nasional, tahun 2023 ini. Jalur rempah nasional ini adalah sebuah program dari Direktorat Kebudayaan, Kemendikbud dan Ristek dengan berbagai kegiatan budaya.

Pengusulan jalur rempat tersebut dilakukan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Donggala melalui Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 18.

“Dari hasil pertemuan kami belum lama ini saat rakor kebudayaan di Banggai Kepulauan, kami membicarakan pengusulan jalur rempah melalui Kapala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 18. Beliau sangat merespon untuk pengusulan ke Kemendikbud Ristek RI,” kata Kabid Kebudayaan, Dikbud Donggala, Rosmawati, baru-baru ini.

Kepala BPK Wilayah 18, Andi Syamsu Rijal, membenarkan adanya usulan tersebut. Menurutnya, usulan itu diawali dengan pengumpulan bahan informasi berupa data-data pendukung.

Merespon syarat tersebut, beberapa data dari Dikbud Kabupaten Donggala telah disampaikan ke pihak BPK Wilayah 18.

Menurut mantan Kabid Kebudayaan, Dikbud Provinsi Sulteng, Rachman Ansyari, tidak masuknya Kabupaten Donggala, khususnya dan Sulawesi Tengah umumnya pada jalur rempah nasional, karena dukungan data yang minim dan tidak adanya dana shering dari pemerintah daerah.

Secara historis, Pelabuhan Donggala sejak beberapa abad silam menjadi bagian perdagangan rempah. Cuma saja, jenis rempah yang ada bukan dominan seperti jenis rempah di Ternate dan Tidore (Maluku), melainkan hasil olahan kopra berupa minyak kelapa dan hasil hutan, seperti cendana akar dan damar.

Dalam sejarah maritim, perdagangan cendana di Donggala berlangsung pada abad ke 3 dan ke 4. Cendana diperdagangkan sampai ke Mugal, India (berdasarkan informasi dari James T. Collins/ahli sejarah Bahasa Melayu) yang mengutip Christian Pelras, Indonesianis dari Perancis).

Perdagangan cendana ini berlangsung pada pertengahan abad ke 20 di zaman Pemerintah Hindia Belanda dengan tujuan ke Eropa.

Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay