PALU – Rencana Wali Kota Palu untuk mengubah kawasan Palu Plaza dengan konsep Chinatown, menuai sorotan dari warga.

Kawasan Palu Plaza sendiri berdampingan dengan Kawasan Religi di Jalan SIS Aljufri Palu, yang tidak lain merupakan konsep perguruan Islam Alkhairaat.

Salah satu tokoh yang menyoroti rencana tersebut adalah mantan Wali Kota Palu, Dr. Hidayat.

“Konsep ini sepertinya keliru barangkali. Chinatown bukan di Singapura tetapi di Malaysia. Di Singapura itu Kawasan Wisata Kampung Arab,” sebut Hidayat, Senin (07/02).

Menurutnya, jika bercerita konsep di dua objek tersebut, yakni kawasan Alkhairaat dan Pasar Bambaru, pihaknya sebenarnya telah merencanakan akan menjadikannya sebagai kawasan heritage.

“Sehingga untuk kawasan Alkhairaat dan seputaran Palu Plaza itu heritage Kawasan Kampung Arab atau Timur Tengah. Bambaru atau Pasar Tua dan sekitarnya adalah Kawasan Heritage Chinatown,” terangnya.

Untuk konsep tersebut, lanjut dia, dirinya sudah menganggarkan sebesar Rp200 juta pada tahun 2021 untuk pembuatan master plan perencanaan kawasan yang melekat di Dinas Pariwisata.

“Tetapi saya dengar dibatalkan,” sebutnya.

Tentunya, kata dia, kawasan heritage juga memiliki ciri dan fungsi masing-masing, yaitu Bambaru dengan konsep Chinatown) dan Kawasan SIS Aljufri dengan konsep Kampung Arab seperti di Malaysia dan Singapura.

“Saya kira itu penjelasan konsepnya. Makanya lalu kita imbau warga di Pasar Tua agar tidak mengubah fashade tokonya agar tetap asli seperti masa lalu, termasuk toko serbaguna yang tulisannya masih ada sampai sekarang,” bebernya.

Kata Hidayat, konsep ini juga terintegrasi dengan penanganan banjir di Palu Barat, mengingat wilayah tersebut memang sering terjadi banjir.

Terpisah, salah satu Dosen Universitas Tadulako (Untad), Dr Surahman Cinu, menuturkan, pemerintah mestinya menjadikan SIS Aljufri sebagai sebuah kawasan religi.

“Saya berpikir karena ini sudah menjadi pusat keagamaan secara nasional, maka kawasan SIS Aljufri ini harus menjadi kawasan religi, di sana ada pusat peradaban Islam,” ucapnya.

Kata dia, sekaitan dengan kegiatan keagamaan, karena terdapat pula pusat perbelanjaan di wilayah tersebut, maka ekonomi pasar juga harus dihidupkan.

“Misalnya contoh di Surabaya, ada salah satu kawasan bernama Sunan Ampel yang saat ini menjadi pusat perbelanjaan berbagai kebutuhan umat muslim seperti kurma dan berbagai macam kebutuhan muslim lainnya. Kawasan itu didominasi oleh warga Arab,” bebernya.

Seharusnya, kata dia, konsep chinatown itu berada di Jalan Gajah Mada dan Teuku Umar, meski tidak semua penduduknya adalah keturunan Cina.

“Kalau melihat jejak Cina di Teuku Umar itu ada klenteng yang berumur ratusan tahun dan masih ada sampai sekarang,” ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa orang-orang Cina terdahulu yang berasal dari Teuku Umar dan Gajah Mada-lah yang kini telah banyak menuai kesuksesan dengan melebarkan sayap usahanya di sejumlah lokasi lokasi di Kota Palu.

“Pertanyaan saya, apakah ada  bangunan Cina atau apakah kita pernah menemukan jejak Cina di Jalan SIS Aljufri,” tanyanya.

Ditanya soal Kawasan SIS Aljufri, ia pun menegaskan harus dibangunkan Kampung Arab karena kawasan ini didominasi oleh warga keturunan Arab.

“Ini kawasan Alkhairaat. Nah kalau ada yang berani masuk maka akan terjadi benturan dan itu berbahaya sekali. Apalagi kita berbicara persoalan ekonomi, sudah tentu akan terjadi perebutan pasar,” pungkasnya.

Sebelumnya saat meresmikan Pasar Modern Bambaru, Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, mengatakan bahwa pihaknya akan merevitalisasi kawasan Palu Plaza, tahun 2023 mendatang.

“Alhamdulillah, Palu Plaza sudah dihibahkan kepada Pemerintah Kota Palu, maka Insya Allah akan menjadi jalan bagi pemerintah untuk melakukan revitalisasi dan berharap Palu Plaza menjelma menjadi ikon baru juga di Kota Palu,” ucap Hadianto.

Ia mengaku telah beberapa kali menyampaikan sebuah konsep yang akan diterapkan di kompleks perbelanjaan yang berdekatan dengan Kawasan Wisata Religi Jalan SIS Aljufri tersebut.

“Seperti konsep Chinatown yang ada di Singapura supaya Palu Plaza hidup kembali dan bersemangat kembali,” ucapnya.

Chinatown atau yang biasa disebut juga Pecinan, merupakan kawasan bernuansa Tionghoa yang di dalamnya terdapat aktivitas warga, seperti perdagangan.

Reporter : Hamid
Editor : Rifay