PALU – Ketua Pimpinanan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulteng Lukman S. Thahir angkat bicara terkait seleberan terjemahan Al quran Surah At Taubah Ayat 37 ramai beredar di media sosial. Isi ayat Alquran tersebut dipahami dan dikait-kaitkan dengan pengunduran hari libur 1 Muharram 1443 Hijriah yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Lukman menjelaskan, untuk memahami Alquran dengan sebenarnya harus melihat seting sosial di mana ayat itu turun. Dan untuk mengetahui seting sosial ayat itu turun, ada ilmu asbaabul nuzul. Kalau cara memahami agama seperti itu, maka tidak akan mengantarkan kita pada pemahaman yang tendensius.
“Pemahaman secara tekstual terhadap Alquran itu sangat berbahaya, kenapa karena Alquran itu turun pasti ada situasi yang mengitarinya,” jelas Lukman S. Thahir, Jum’at(13/08) siang.
Ia juga menambahkan, ketika menafsirkan ayat Alquran itu mutlak harus memahami situasi di mana ayat turun. Kalau hanya melihat aspek terjemahanya saja, itu akhirnya membawa kesalahan pemahaman. Apalagi pengaruh media sosial cukup kuat akan dikonsumsi orang banyak. Pada akhirnya lanjut dia, nanti bisa menciptakan kondisi bangsa yang tidak semakin bagus.
“Sebenarnya ayat itu turun terkait dengan bani Mad yang seenaknya menganti apa yang sudah ditetapkan oleh Allah, dan apa yang ditetapkan oleh masyarakat sebelumnya harusnya menjadi komitmen bersama, tetapi karena dengan kesombongannya mau merubah saja itu, bulan muharram itu diundurkan di bulan safar,” jelasnya.
Dan surah itu turun menjadi teguran dari Allah Subhanahu Wa Taala, agar jangan seperti itu. Jadi tidak ada kaitannya dengan pengunduran 1 Muharram yang diputuskan oleh pemeritah. Ia mengatakan merasa berkewajiban, untuk memberikan pemahaman agar jangan sampai keliru memahami ayat tersebut.
“hampir semua ulama tidak pernah menyampaikan tafsir seperti yang beredar itu, karena mereka paham, jadi jangan digiring-giring karena bangsa ini sedang menghadapi masalah Covid-19” pungkasnya.
Rep: NANANG IP/Ed: NANANG