MOROWALI – Salah seorang Murid Habib Idrus bin Salim Aljufri atau Guru Tua berasal dari Desa Pakuli, Kecamatan Gumbasa, Ustadz Abduk Rasyid mengisahkan saat meletusnya Gerakan 30 September 1965 Partai Komumis Indonesia (G 30 S PKI). Dirinya bersama sejumlah murid lainnya diperintahkan untuk berjaga di kediaman Guru Tua.
“Jadi pada saat meletusnya G 30 S kami dijadwalkan ronda untuk menjaga rumah Guru Tua,” kata Ustadz Abdul Rasyid pada peringatan Haul ke 56 Guru Tua, di Desa Wosu, Kabupaten Morowali, Ahad (12/5) pagi.
Ustadz Abdul Rasyid mengungkapkan, sebanyak 15 orang murid silih berganti menjaga rumah Guru Tua, begitu seterusnya. Setelah sejumlah murid sadar rumah Guru Tua yang dijaga ketat oleh para muridnya itu, ternyata tidak ada lagi di tempat. Muridnya pun kaget, tiba-tiba Guru Tua datang dari Parigi membawa beras dengan menumpangi mobil wills.
Selain kisah tersebut, Ustad Abdul Rasyid juga menerangakan Guru Tua mengajarkan agar setiap muridnya saling bertegur dan memberi ucapan salam. Dengan tujuannya, agar sesama muridnya saling mengenal satu sama lainnya.
Kata Ustadz Rasyid, Guru Tua senantiasa mengajarkan para muridnya bahwa manusia yang baik manakalah dia meninggal. Untuk itu, kata ustadz Rasyid Guru Tua selalu mengajagarkan semua muridnya untuk senantiasa berbuat baik kepada orang lain.
“Jangankan masuk ruangan ketemu saja asalamualaikum, sehingga dari kelas 1 sampai kelas 6 itu kenal. Guru Tua selalu mempraktekan. Kalau ada orang yang tidak memberikan salam diusir,” kenangnya.
Ustadz Abdul Rasyid mengisahkan, ajaran Guru Tua ini untuk setiap pekannya memotong kuku jari agar tidak mudah digoda syaitan. Menueurt Guru Tua kata ustadz Abdul Rasyid, kuku yang panjang adalah tempatnya syaitan bertengger. Dengan begitu akan mudah merayu dan menggoda manusia untuk tidak melaksanakan sholat.
“Kuku yang panjang itu tempat syaitan bertengger,” imbuhnya.
Reporter : Nanang IP
Editor : Yamin