Kisah Harun Ar-Rasyid dan Puterinya Siti Zubaedah

oleh -
Ilustrasi

Khalifah Harun Ar-Rasyid memiliki seorang puteri yang bernama Siti Zubaedah. Sang puteri tidak hanya berparas cantik, namun memiliki akhlak dan hati yang mulia serta shalehah.

Suatu ketika, sang puteri diajak oleh ayahnya Harun Ar-Rasyid  menunaikan ibadah haji.  Saat menunaikan rukun Islam ke-5 inilah sang puteri melihat para jamaah haji di padang arafah kesulitan memperoleh air yang melimpah.  Sepulang haji, Siti Zubaedah menyampaikan isi hatinya.” Wahai ayah,sekiranya ada yang datang melamar saya, maka sampaikan padanya yang menjadi maharnya adalah dia mengalirkan air dari wilayah yang subur di kota Mekkah ke padang arafah, khalifah melihat kemuliaan hati puterinya langsung mengaminkan permintaan tersebut”. Kata Munif Godal saat menyampaikan ceramah Tarawih di Masjid Baiturrahim Lolu Palu senin malam.

BACA JUGA :  Blusukan di Pasar, Sang Jendral Minta Dijewer Bila Lupa dengan Janjinya

Khalifah ke-5 dari Dinasti Abbasiyah ini ternyata tidak lagi menunggu lelaki yang datang melamar puterinya. Sang Khalifah yang dikenal dengan kesholehannya ini langsung  mengabulkan permintaan permintaan Siti Zubaedah puterinya.

Dengan segenap kekuatan yang dimiliki khalifah langsung mengalirkan air dari salah satu kota yang subur di Mekkah dengan jarak ribuan kilo dengan membuat bendungan. Bendungan tersebut merupakan salah satu karya besar sang khalifah dan puterinya yang tercatat dalam sejarah peradaban Islam.
” Bendungan tersebut hingga kini masih berdiri kokoh, nama sang puteri diabadikan menjadi nama bendungan tersebut “Wadi Zubaedah”, kata Munif

BACA JUGA :  Saat ini KPU Sulteng Dijaga Ketat

Dosen IAIN Palu ini mengatakan, apa yang telah dilakukan oleh Siti Zubaedah adalah bagian dari amal  yang terus mengalir pahalanya sampai Allah memerintahkan malaikat meniup terompet sangkakala. Dia juga  mengatakan, orang yang  berilmu dan mengamalkannya juga termasuk amal yang pahalanya terus mengalir. Inilah yang dinamakan amal jariyah. Berkaitan dengan keutamaan orang berilmu ini Munif menyampaikan suatu peristiwa dizaman SAW. “Suatu ketika Rasullah mendapati dua kelompok  yang sedang mengaji dan kelompok yang sedang mengkaji ilmu agama. Keduanya kata Rasulullah memiliki kemuliaan bahkan doanya langsung diterima oleh Allah SWT. Namun yang lebih utama adalah kelompok yang mengajarkan ilmu  dan yang menimba ilmu. Maka Rasulullah memilih duduk di majelis ilmu.” Jelasnya.

BACA JUGA :  Akademisi UIN: Dua Tahap Krusial Pencalonan Berpotensi Pelanggaran Administrasi

Munif Godal juga mengingatkan jamaah untuk menunaikan zakat infaq dan Sadaqah. (IWANLAKI)