Bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala, pada 28 September silam, ternyata tidak hanya melahirkan sedih dan duka. Ada juga kisah bahagia.

Seperti dialami Edhi Setiawan, relawan asal Kota Palu yang menemukan pendamping hidupnya bernama Cut Ririn Linggam Cahaya, dara Aceh yang tinggal cukup jauh, yakni Tangerang.

Rezeki, ajal dan jodoh memang merupakan rahasia-NYA. Perkenalan pria kelahiran 26 tahun lalu asal Tanah Kaili, dengan Cut Ririn memang terbilang singkat. Hanya beberapa hari, setelah kejadian musibah bencana alam yang melanda Sulteng.

Mereka tak pernah bertemu secara langsung. Perkenalannya hanya melalui media WhatsApp setelah keduanya tergabung dalam grup Whatsapp Relawan untuk Aksi Peduli Gempa Tsunami Sulteng.

Meski dipisahkan jarak 2.235 km antara Palu dan Tangerang Selatan, tidak mengurangi kualitas silaturrahmi mereka melalui media sosial dan video call. Diskusi-diskusi yang terjalin pun semakin serius, mengarah kepada “rasa” dan tema masa depan.

Hasil diskusi sebelumnya dan niatan untuk sama-sama menjajaki jenjang serius, lalu disampaikan kepada orang tua masing-masing. Rasa tak percaya dengan nada kurang setuju dari orang tua mereka, menjadi tantangan baru bagi Edhi Setiawan, pria yang berprofesi sebagai karyawan swasta di salah satu perusahaan di Kota Palu.

Maklum, keduanya tak pernah bertemu langsung, begitupun sang calon mertua yang belum pernah melihat dan ‘menginterview’ secara langsung calon menantunya, sosok yang akan menjadi pendamping hidup anaknya kelak.

Edhi tak menyerah. Dia terus meyakinkan orang tua dan calon mertuanya akan pilihannnya. Dengan kegigihan dan berbagai jurus dicoba, akhirnya kedua orang tua mereka melunak.

“Keluarga mempelai wanita menantang saya datang langsung ke Tangerang Selatan untuk menyampaikan niat mulia mempersunting anak mereka menjadi isterinya,” tutur Edi, Jumat (09/11).

Dengan modal Bismillah, Edhi berangkat seorang diri ke Tangerang Selatan, Ahad malam tanggal 4 Nopember 2018. Turun di Jakarta setelah beberapa jam penerbangan, dia melanjutkan perjalanan darat menuju Pamulang, Tangerang Selatan. Kemudian menginap di rumah Asep Beny, salah satu relawan asal Tangerang Selatan yang sama-sama melakukan aksi kemanusiaan di Palu.

Keesokan harinya, dengan penuh keyakinan. Edhi datang dan mengetuk pintu rumah orang tua sang calon isteri. Seorang Ibu paruhbaya membuka pintu dan langsung menyambut Edhi dengan penuh kehangatan, sebagian rasa gugup mulai mencair.

Tak lama berselang, seorang wanita bercadar datang menghampiri dan mendengar diskusi antara Ibunya dan seorang pria yang selama ini hanya akrab dengannya di sosial media.

Setelah diskusi berlangsung, dilanjutkan video call dengan keluarga yang di Palu. Alhamdulillah, niat mulia untuk menikah menemui kata sepakat. Keesokan harinya mereka melengkapi berkas-berkas administrasi.

Setelah tiga hari mereka bertemu, mereka melangsungkan akad pernikahan, pada 8 Nopember 2018 di Kantor KUA Pamulang Tangerang Selatan. Prosesi pernikahan yang sederhana dan khidmat, disaksikan keluarga dan beberapa relawan. Kini mereka menjadi suami isteri yang sah dan bahagia. (IKRAM)