Kinerja Daya Saing Sumber Daya Manusia Sulawesi Tengah

oleh -
Moh. Ahlis Djirimu

Dimensi Kesehatan menjadi factor kedua sangat berpengaruh pada produktivitas tenaga kerja yang selanjutnya berpengaruh pada daya saing Sulteng.

Berbagai hasil riset menunjukkan bahwa bangsa yang berdaya saing ditentukan oleh kinerja derajat kesehatan yang baik. Hal ini beralasan karena bila kesehatan seseorang terganggu, maka produktivitas menjadi rendah sehingga pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja juga menjadi rendah.

Kinerja kesehatan penduduk harus dipersiapkan sejak dini yang dimulai sebelum menikah, serta sejak masa pembentukan janin. Asupan gizi dan nutrisi yang diberikan pada janin dan bayi sampai usia dua tahun sangat penting untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan capaian pendidikan yang pada gilirannya akan memicu pertumbuhan ekonomi.

Investasi gizi dan nutrisi sepatutnya menjadi keharusan demi kemajuan bangsa agar meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa. Bayi dan anak-anak yang mendapatkan asupan gizi dan nutrisi cukup sejak dalam kandungan akan menghindari bayi dari Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan risiko balita bertumbuh pendek (stunting).

BACA JUGA :  DPRD Kota Palu Gelar Rapat Paripurna Bahas Jawaban Wali Kota atas Raperda Perubahan APBD 2024

Oleh karena, peningkatan produktivitas tenaga kerja melalui jalur kesehatan harus dimulai dari perlakukan terhadap calon ibu dan/atau ibu yang akan melahirkan. Singkatnya “pola asuh dan pola asah” patut digarisbawahi menjadi strategi utama di Sulteng.

Pada dimensi kesehatan, selama periode 2011-2019, Umur Harapan Hidup (UHH) Sulteng meningkat dari 66,39 tahun pada 2011 menjadi 68,23 tahun. UHH tersebut lebih rendah daripada UHH nasional yang pada periode yang sama meningkat dari 68,31 tahun menjadi 71,34 tahun.

Dalam konteks kabupaten dan kota, UHH sesuai data terpilah terendah di Sulteng dicapai oleh Kabupaten Parigi Moutong yang meningkat dari 61,27 tahun pada laki-laki pada 2011 menjadi 61,98 tahun pada laki-laki dan 65,79 tahun pada perempuan di Tahun 2019.

Selanjutnya, UHH terpilah tertinggi di Sulteng dicapai oleh Kota Palu yang meningkat dari 67,93 tahun pada laki-laki dan 71,81 tahun pada perempuan di Tahun 2011 menjadi 68,66 tahun pada laki-laki dan 72,58 tahun pada perempuan di Tahun 2019.

BACA JUGA :  Bawaslu Parimo Catat Tiga Poin Hasil Pengawasan dalam Debat Publik Pikada

Secara keseluruhan, UHH Sulteng terpilah meningkat dari 64,48 tahun pada laki-laki dan 68,39 tahun pada perempuan di Tahun 2011 menjadi 66,32 tahun pada laki-laki dan 70,26 tahun pada perempuan di Tahun 2019 (BPS Sulteng; 2020).

Data ini bermakna bahwa, pertama, Harapan Hidup perempuan di Sulteng lebih lama ketimbang laki-laki.

Kedua, baik laki-laki maupun perempuan, UHH lebih rendah dari UHH Sulteng berada pada tujuh daerah yakni Kabupaten Banggai Kepulauan, Banggai Laut, Donggala, Tolitoli, Buol, Parigi Moutong, serta Tojo Una-Una.

BACA JUGA :  Rusdy Mastura Ajak Masyarakat Wujudkan Petani Milenial di Periode Kedua

Ketiga, strategi spasial peningkatan derajat kesehatan di Sulawesi Tengah diprioritas pada ketujuh kabupaten yang menekankan pada sinergitas antara Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng dan Dinas Kesehatan ketujuh kabupaten tersebut serta Perangkat Daerah pendukung lainnya.

Tentu, secara spesifik akan berbeda strategi di wilayah daratan dan dua kabupaten kepulauan tersebut, dua kabupaten induk serta kabupaten pemekaran.

Kelemahan Kinerja Pembangunan Manusia Sulteng terletak pada dimensi kesehatan pada tujuh kabupaten tersebut hendaknya menjadi ajang kerja sama penanganan kesehatan antara kabupaten dan Provinsi Sulteng.