PALU – Kiai Haji Muhammad Quraish Shihab menjadi pembicara dalam Haul Sayid Habib Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua) ke-57, Sabtu (12/4). Kiai Quraish Shihab menyampaikan ceramahnya secara virtual dan dinonton oleh jutaan abnaulkhairaat yang berada di Halaman Kompleks Alkhairaat Pusat Palu.
Dalam ceramahnya, KH Quraish Shihab menyinggung adanya suara sumbang pada akhir-akhir ini terhadap kepahlawanan Guru Tua. Dia mengibaratkan kelompok tersebut seperti keledai yang ingin menabarak tembok terbuat dari baja.
“Akhir-akhir ini ada terdengar suara sumbang menyangkut beliau. Akhir-akhir ini terdengar seakan-akan beliau tidak terlibat dalam upaya-upaya mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saudara. Bagi saya, keadaan mereka yang ingin mencederai kepahlawanan dari Habib Idrus bin Salim Aljufri, saya ibaratkan dia seperti keledai yang ingin menabrak tembok terdiri dari baja. Tembak tidak terpengaruh, tapi tanduk keledainya akan patah,” kata penulis Kitab Tafsir Al-Quran ‘Almisbah’ ini.
Ayah dari presenter ternama Najwa Shihab ini memberikan pesan, biarkan mereka mengoceh. Lalu biarkan pula mereka mempelajari dengan jauh siapa sosok Guru Tau. Bila memang mereka tulus dan objektif, maka pada akhirnya mereka akan menganggap Guru Tua adalah salah satu tokoh yang wajar jadi teladan, dan wajar kita ikuti langkah-langkahnya dari berbagai bidang
Dalam ceramah lima menitnya itu, Guru Tua adalah guru yang wajib digugu dan ditiru. Sebab dalam keterbatasannya, beliau telah mendirikan ribuan sekolah-sekolah Alkhairaat. Guru Tua saat mengajar tidak memperoleh materi. Pemenuhan kebutuhan hidupnya hanya melalui perdagangannya.
“Dan satu hal yang menarik, beliau kepedeasaan mengajar, bukan untuk mendapatkan rezeki pengajarannya. Di samping mengajar beliau berdagang. Sehingga beliau tidak mendapatkan materi dari mengajarnya,” ungkap Kiai Quraish.
Selain itu, salah satu yang paling patut menjadi pelajaran kata sahabat Habib Saggaf ini, Guru Tua sangat toleran. Salah satu riwayat yang dia sampaikan yaitu, ketika Guru Tua pergi kepedasaan bertemu dengan serombongan mobil dari kelompok misi agama lain yang mogok. Guru Tua kala itu berhenti dan menawarkan anggota misi itu naik mobil dengan beliau karena arah tujuan mereka sama.
“Toleransi adalah jiwa dari ajaran agama-agama. Toleransi perlu kita terapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” sebutnya.
Reporter: Nanang