OLEH: Basrin Ombo*

Menuntut ilmu agama merupakan bagian dari ibadah, di mana setiap muslim diperintahkan untuk mempelajarinya, masing-masing sesuai kemampuan. Dalam hadits disebutkan: “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim”.

Di samping hukum wajibnya menuntut ilmu syar’i, Allah SWT dan Rasul-Nya banyak sekali menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu.

Seorang muslim, menjadikan dalil-dalil tersebut sebagai penyemangat, lalu berusaha mengisi waktu-waktunya dengan mempelajari Kitabullah dan hadits-hadits Rasulullah SAW., sebab hal itu akan menjadi pedoman hidup seorang hamba yang mengharapkan hidayah dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku telah tinggalkan untuk kalian dua pedoman yang kalia tidak akan tersesat setelahnya: kitabullah dan sunnahku”.

Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah,

Pertama, Ilmu adalah cahaya. Keutamaan ilmu disifatkan sebagai cahaya yang membimbing siapa saja yang mengikuti keridhaan-Nya menuju jalan-jalan keselamatan, berupa jalan yang menyelamatkan seorang hamba dari penyimpangan dan kesesatan, dan mengantarkan seorang hamba menuju keselamatan dunia dan akhirat, mengeluarkan mereka dari kegelapan, kemaksiatan dan kejahilan, menuju kepada cahaya tauhid, ilmu, hidayah, ketaatan dan seluruh kebaikan.

Jika seseorang lebih condong mengikuti hawa nafsunya, gemar melakukan kemaksiatan yang menyebabkan hatinya menjadi gelap, maka ilmu akan sulit menempati hati yang gelap tersebut, sulit menghafal ayat-ayat Allah dan men-tadabburi-nya, sulit menghafal hadis-hadis Rasulullah SAW., memahami dan mengaplikasikan dalam kehidupannya, sebab tidak akan mungkin berkumpul dalam satu hati antara kegelapan maksiat dengan cahaya ilmu.

Di antara bait-bait syair yang masyhur dari Imam Syafi’I tatkala beliau mengadukan tentang buruknya hafalan beliau kepada Imam Waki’ bin Jarrah: “Aku mengadukan kepada Waki’ keburukan hafalanku, lalu beliau membimbing aku untuk meninggalkan maksiat. Beliau mengabarkan kepadaku bahwa ilmu itu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat.

Kedua, Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba. Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu menunjukkan bahwa Allah SWT. menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.

Kehidupannya menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah dirasakan di dunia pun akan diraihnya.

Rasulullah SAW berkata: “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka ia akan difahamkan tentang agamnya.”

Di lain kesempatan, Beliau mengatakan: “Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menciptaan makhluk-Nya dalam kegelapan, lalu Allah memberikan kepada mereka dari cahaya-Nya, maka siapa yang mendapatkan cahaya tersebut, maka dia mendapatkan hidayah, dan siapa yang tidak mendapatkannya maka dia tersesat.”

Bagi seorang muslim yang yakin dengan nasehat-nasehat Rasulullah SAW., tentu sangat berkeinginan untuk andil dalam mendapatkan kebaikan yang dijanjikan Allah SWT. Bagi para penuntut ilmu syar’i tersebut.

Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar: “Sebab orang yang tidak memahami perkara agamanya, dia bukanlah seorang yang faqih dan bukan pula seorang yang menuntut ilmu, sehingga tepat jika ia disifati sebagai orang yang tidak dikehendaki kebaikan untuknya. Ini merupakan penjelasan yang terang yang menunjukkan keutamaan para ulama dibanding seluruh manusia, dan menunjukkan keutamaan mendalami agama dibanding ilmu-ilmu lainnya.”

Karena itu, jadilah orang-orang terbaik yang dimuliakan Allah swt. dengan berusaha mempelajari agama Allah dan mengajarkannya.

Ketiga, Ilmu agama menyelamatkan dari laknat Allah SWT. Berkata Al-Munawi: Dunia terlaknat, disebabkan karena ia memperdaya jiwa-jiwa manusia dengan keindahan dan kenikmatannya, yang memalingkannya dari beribadah kepada Allah lalu mengikuti hawa nafsunya.”

Berkata pula Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah: “Setiap amalan yang dilakukan seorang hamba yang tidak berbentuk ketaatan, ibadah dan amalan saleh maka amalan tersebut merupakan amalan yang batil, sebab dunia ini terlaknat dan terlaknat segala isinya kecuali sesuatu yang dilakukan karena Allah, meskipun amalan batil itu menyebabkan seorang meraih kepemimpinan dan harta, maka seorang pemimpin bisa menjadi Firaun, dan seorang yang gila harta bisa menjadi Qarun.”

Dengan demikian, menuntut ilmu dan mengajarkannya, akan menjadikan seorang hamba yang masuk kedalam kelompok yang akan meraih ridha-Nya, dan selamat dari kemurkaan dan siksa-Nya.

Keempat, Menuntut Ilmu, jalan menuju surga. Seseorang yang keluar untuk menuntut ilmu, akan menjadi sebab masuknya seorang hamba ke dalam surga. Mengapa demikian? Ya, tatkala seorang muslim mempelajari agamanya dengan penuh keikhlasan, maka dia akan dimudahkan untuk memahami mana yang baik dan mana yang buruk, antara yang halal dan yang haram, yang haq dan yang bathil, lalu dia berusaha mengamalkan apa yang telah ia ketahui dari ilmu tersebut, sehingga ia menggabungkan antara ilmu dan amal dengan keikhlasan dan mengikuti bimbinganNabi SAW. Maka dia menjadi seorang hamba yang diridhai-Nya, dan tiada balasan dari Allah swt. Bagi hamba yang diridhai-Nya melainkan surga.

Banyak kaum muslimin yang beranggapan bahwa menuntut ilmu agama itu hanya tugas para santri yang duduk di pondok-pondok pesantren. Tentu ini merupakan persepsi yang salah, sebab setiap muslim telah diwajibkan untuk mempelajarinya, sebagaimana yang telah kita sebutkan dari hadits Nabi saw.

Kelima, Ilmu lebih utama dari ibadah. Rasulullah saw. bersabda: “Keutamaan ilmu lebih aku sukai dari keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah bersikap wara’.”

Di lain hadits, Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli ibadah, seperti keutamaan bulan di malam purnama dibanding seluruh bintang- bintang.”

Yang dimaksud hadits ini bahwa memiliki ilmu dengan cara menuntutnya, atau mengajarkannya, merupakan amalan ibadah yang lebih utama dibanding amalan ibadah lainnya, seperti shalat sunnah, berpuasa sunnah, dan yang lainnya.

Bukan yang dimaksud hadis ini bahwa ilmu bukan bagian dari ibadah, namun maksudnya bahwa ilmu merupakan bagian ibadah yang paling mulia, bahkan bagian dari jihad fi sabilillah.

Berkata Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah: “Aku tidak mengetahui ada satu ibadah yang lebih utama dari engkau mengajarkan ilmu kepada manusia.”

Masih banyak lagi keutamaan ilmu yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, namun semoga yang sedikit ini menjadi pemicu semangat kita untuk berusaha menggali warisan Rasulullah saw. yang penuh berkah ini.

Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa ada 10 keutamaan ilmu daripada harta

  • ILMU adalah warisan para NABI, sedangkan HARTA adalah warisan QARUN
  • ILMU menjaga pemiliknya, sedangkan HARTA dijaga oleh pemiliknya
  • Orang yang berILMUbanyak sahabatnya, orang yang banyak HARTA banyak musuhnya
  • ILMU kalau diberikan akan bertambah, sedangkan HARTA kalau diberikan akan berkurang
  • ILMU tidak dapat dicuri, sedangkan HARTA mudah dicuri dan dapat lenyap
  • ILMU tidak akan binasa, sedangkan HARTA akan habis karena waktu dan usia
  • ILMU tidak ada batasnya, sedangkan HARTA ada batasnya dan dapat dihitung jumlahnya
  • ILMU memberi dan memancarkan sinar kebaikan, menjernihkan pikiran dan hati serta menenangkan jiwa, sedangkan HARTA dapat menggelapkan jiwa dan hati pemiliknya
  • Orang yang berILMU mendapat sebutan mulia seperti ‘ALIM’, ULAMA, CENDEKIA, dan lain-lain, sedangkan orang yang banyak HARTA lebih cenderung kepada sifat kikir dan bakhil
  • Orang yang berILMU mendorong untuk mencintai ALLAH, sedangkan HARTA membangkitkan rasa sombong, congkakdantakabur. ***

*Kepala KUA Kecamatan Lage, Kabupaten Poso