PALU – Tim kajian studi kelayakan pemekaran keuskupan Manado di Sulawesi Tengah (Sulteng) menyambangi Kantor Pengurus Besar (PB) Alkhairaat, di Jalan SIS Aljufri, Palu Barat, Kota Palu, Senin (19/05).
Kehadiran tim yang berjumlah enam orang ini, dalam rangka menyampaikan rencana pemekaran keuskupan Manado di Sulawesi Tengah (Sulteng), sekaligus membicarakan sejumlah hal dalam bidang sosial yang bisa dikerjasamakan dengan PB Alkhairaat.
Tim dari Manado tersebut yaitu Prof. Dr. Jozef Richard Raco selaku Ketua Tim Kajian Studi Kelayakan Pemekaran Keuskupan Manado di Sulteng, Dr. Stevanus Ngenget selaku sekretaris, Ketua Panitia Pemekaran Pastor Kris Ludong dan tiga anggota Royke Pangalila, Yulius Raton, dan Erick Sumakud.
Tim ini diterima oleh unsur Ketua PB Alkhairaat, Ustadz Husen Habibu dan Asgar Basir Khan, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PB Alkhairaat Jamaluddin Mariadjang dan Wakil Sekjen, Abdul Rahman Muhsin.
Ketua Tim Kajian Studi Kelayakan Pemekaran Keuskupan Manado di Sulteng, Prof. Dr. Jozef Richard Raco, mengatakan, tujuan kedatangan mereka adalah untuk meminta nasihat dan masukan dari pimpinan-pimpinan di Alkhairaat atas rencana pemekaran keuskupan Manado di Sulteng.
“Kami meminta masukan kepada Alkhairaat, apa yang yang perlu kami perhatikan atau perlu kami tindaklanjuti untuk membangun masyarakat yang lebih baik dengan kehadiran keuskupan baru ini,” jelas Jozef.
Ia berharap, dengan adanya keuskupan baru ini, maka akan lebih banyak bekerja sama dalam membangun masyarakat di bidang sosial, pendidikan, kesehatan dan lainnya.
“Keuskupan yang baru nantunya dapat memberikan kontribusi yang lebih besar untuk pembangunan masyarakat, kontribusi lebih besar untuk membantu pemerintah dalam menjalankan program-programnya yang sudah ada,” tandasnya.
Menanggapi hal ini, Ketua PB Alkhairaat, Ustadz Husen Habibu, menyampaikan bahwa dirinya mewakili Ketua Utama Alkhairaat dan Ketua Umum PB Allkhairaat menyambut baik kehadiran tim dari Manado tersebut.
“Bagi Alkhairaat, ini adalah niat yang baik. Kita memberikan kesempatan kepada umat yang lain untuk dapat membangun sesuai dengan apa yang mereka rencanakan,” katanya.
Kata dia, Alkhairaat harus bisa bekerja sama dengan semua pihak. Alkhairaat sebagai saudara tua dari umat Kristiani, tentunya harus mengayomi sebagaimana yang diajarkan oleh Guru Tua sebagai Pendiri Alkhairaat.
“Guru Tua mengajarkan kita agar memberikan kesempatan kepada umat lain untuk membangun umatnya. Persoalan iman itu bagi kita Islam sudah final. Demikian juga dengan agama lain seperti katolik,” tegasnya.
Meski demikian, kata dia, sebagai sesame manusia, tentu ada hal-hal yang bisa dikerjasamakan yang tidak ada pengaruhnya dengan keyakinan atau aqidah.
“Kita bisa bekerja sama dalam hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan dan usaha-usaha sosial,” katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Pemekaran Keuskupan, Pastor Kris Ludong, menyampaikan, tujuan pemekaran keuskupan di Sulteng adalah sebagai bagian dari upaya untuk bisa berkontribusi dan berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat.
“Tadi sudah disampaikan bahwa di bidang iman kita sudah final. Sebagai kristen, sebagai katolik, sebagai muslim semua punya iman masing-masing dan kita saling mengakui satu sama lain, saling menghormati, tidak saling mengganggu,” katanya.
Meski demikian, ada hal-hal yang bisa dikerjasamakan dan dibuat bersama, yaitu di bidang sosial. Tak hanya dengan lintas agama, juga dengan unsur LSM dan pemerintah daerah.
“Termasuk dengan 9 BERANI program Gubernur Sulteng. Nah, bagaimana kita berpartisipasi untuk itu, ketika kita menjadi keuskupan sendiri di sini, maka tidak tergantung lagi dengan kebijakan-kebijakan dari Keuskupan Manado,” jelas pastor di Gereja Santo Paulus Palu ini.
Di wilayah Sulawesi sendiri, kata dia, baru berdiri dua keuskupuan, yakni di Manado dan Makassar.
“Jika disetujui dari Roma maka akan menjadi tiga dengan Sulteng,” tutupnya. RIFAY